Ibadah Puasa Miliki Tiga Dimensi

Drs H Ahmad Supardi Hasibuan
Drs H Ahmad Supardi Hasibuan MA

Ibadah puasa Ramadhan yang saat ini dilaksanakan umat Islam di seluruh belahan dunia Islam, akan dapat meningkatkan kepekaan dan kepedulian social di kalangan umat.

Ibadah Puasa Ramadhan memiliki beberapa dimensi. Pertama, dimensi ritual, sebab Ibadah Puasa Ramadhan adalah perintah Allah SWT yang bersifat pasti, telah ditentukan tata cara mengerjakannya, dan bernilai ibadah di sisi Allah SWT, dengan tujuan utama menjadi insan muttaqien, suatu derajat tertinggi di sisiNya.

Hal ini sebagaimana firman Allah SWT : “Hai orang-orang yang beriman, diwajibakan atas kamu berpuasa sebagaimana telah diwajibkan kepada ummat-ummat sebelum kamu, mudah-mudahan kamu menjadi orang yang bertaqwa” (Q.S. Al-Baqarah : 183). Perintah ini secara nyata menegaskan bahwa Ibadah Puasa Ramadhan adalah satu ibadah yang bersifat ritual dan merupakan perintah langsung dari Allah SWT.

Kedua, dimensi universal. Sejarah mencatat bahwa Ibadah puasa adalah termasuk ibadah kuno yang bersifat universal sebab berdasarkan informasi yang disampaikan Alqur’an, ibadah ini telah diwajibkan kepada umat-umat sebelum umat Muhammad. Sekalipun tak disebutkan sejak kapan dan oleh umat yang mana, namun diyakini bahwa seluruh umat telah melaksanakannya.

Hal ini dibuktikan dengan berbagai catatan sejarah, yang menyebutkan bahwa bahwa hampir semua bangsa-bangsa yang ada di dunia melaksanakan apa yang disebut dengan berpuasa. Hanya saja syarat, rukun, tujuan, waktu, niat dan tata caranya yang berbeda antara satu sama yang lain.

Ketiga, dimensi sosial sebab orang yang melaksanakan Ibadah Puasa Ramadhan selama satu bulan penuh akan merasakan lapar dan dahaga sepanjang hari, sekalipun tersedia makanan yang lezat dan terhidang di depan mata, namun makanan tersebut tidak boleh dimakan sebab akan membatalkan Ibadah Puasa Ramadhan itu sendiri.

Orang yang berpuasa selama satu bulan penuh akan senantiasa merasakan lapar yang tidak terhingga yang selama ini menjadi penderitaan dan kebiasaan fakir miskin. Perasaan ini akan selalu bersemai dan tumbuh subur dalam diri orang yang berpuasa bulan Ramadhan.

Oleh: Kepala Kementerian Agama Kabupaten Rokan Hulu, Drs H Ahmad Supardi Hasibuan MA