Pekanbaru (SegmenNews.com) – Bank Indonesia menyatakan jumlah kredit yang belum dicairkan atau “undisbursed loan” di Provinsi Riau pada triwulan I-2014 mencapai Rp4,49 trilun, atau sekitar 9,27 persen dari total kredit yang disalurkan bank umum.
“Jumlahnya naik 4,07 persen dari triwulan IV-2013 yang mencapai Rp4,32 triliun,” kata Kepala BI Perwakilan Riau, Mahdi Muhamad, Senin (30/6/2014).
Ia menjelaskan, peningkatan “undisbursed loan utamanya bersumber dari kenaikan pada bank milik pemerintah yang tercatat naik 18,81 persen dibandingkan triwulan sebelumnya, sementara di bank swasta justru turun 2,88 persen.
Menurun jenis penggunaannya, kredit yang belum dicairkan utamanya merupakan kredit modal kerja dengan nilai mencapai Rp3,69 triliun. Diikuti oleh kredit investasi, yakni sebesar Rp791,74 miliar.
Jika dilihat dari sektor ekonomi, lanjutnya, jumlah kredit yang belum dicairkan utamanya terdapat pada sektor perdagangan yang mencapai Rp1,51 triliun atau naik 5,61 persen dibandingkan triwulan sebelumnya.
Menurut dia, meningkatnya jumlah “undisbursed loan” pada sektor perdagangan diindikasikan karena pencairan kredit tersebut utamanya bersifat termin atau bertahap.
“Di samping itu, jumlah undisbursed loan pada sektor industri pengolahan juga relatif tinggi, yakni sebesar Rp598,41 miliar atau turun 0,25 persen dibandingkan triwulan sebelumnya,” kata Mahdi.
Sementara itu, ia mengatakan resiko kredit bank umum pada periode laporan mengalami eningkatan bila dibandingkan dengaan triwulan sebelumnya, meski jumlah kredit yang disalurkan menurun. Tingkat kredit bermasalah (non performing loan/NPL) pada triwulan I-2014 mencapai 3,32 persen, dan naik dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai sekitar 3 persen.
Berdasarkan sektornya, lanjut Mahdi, sektor konstruksi masih mengalami NPL tertinggi ibandingkn sektor lainnya, yaitu sebesar 6,54 persen lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai 5,95 persen.
“Relatif nebubgjatbta resiko kredit bermasalah dari sektor konstruksi tidak terlepas dari meningkatnya suku bunga yang sedikit banyak memberikan tekanan terhadap kemampuan pengembalian pinjaman,” katanya.
Meski demikian, ia mengatakan pangsa penyaluran kredit di sektor ini relatif kecil, yakni 2,94 persen dari total kredit perbankan, sehingga belum memberikan dampak yang signifikan terhadap NPL secara umum.
Namun demikian, mengingat pertumbuhan kredit pada sektor ini relatif tinggi, maka perlu menjadi perhatian perbankan Riau agar tingkat resikonya dapat dikontrol.***
Red: Sondri
Sumber : antara