Jakarta(SegmenNews.com)- Muhammadiyah bersama Komnas HAM akhirnya merilis hasil autopsi jenazah Siyono yang meninggal usai ditangkap Densus 88.
Dari hasil autopsi itu diketahui Siyono meninggal akibat sejumlah luka di tubuhnya.
Hadir dalam jumpa pers itu ketua PP Muhammadiyah Busyro Muqoddas, Komisioner Komnas HAM Siane Indriani dan Haffid Abbas, ketua Pemuda Muhammadiyah Dahnil Anzar, Haris Azhar (KontraS), Ray Rangkuti (Lima) dan lainnya.
Dokter Gatot melakukan uji forensik bersama 8 orang dokter forensik lain dari Muhammadiyah dan satu dokter dari Polda di tempat Siyono dimakamkan. Autopsi ini dilakukan atas permintaan istri Siyono, yaitu Suratmi.
Gatot mengatakan kondisi jenazah Siyono saat diangkat untuk diautopsi belum membusuk, karena kondisi tanah pemakaman yang relatif basah. Istilah itu dikenal dalam dunia forensik sebagai saponifikasi. Hal itu yang mendukung proses autopsi lebih mudah.
Komisioner Komnas HAM Siane Indriani lalu membacakan hasil autopsi yang dilakukan oleh tim dokter tersebut. Siane mula-mula menegaskan bahwa jenazah Siyono tidak pernah dilakukan autopsi sebelumnya sejak tewas usai ditangkap Densus 88.
“Kematian Siyono ini adalah akibat dari benda tumpul yang ada di bagian rongga dada. Ada patah tulang di iga kiri sebanyak lima ke dalam, luka patah sebelah kanan, satu luka keluar,” papar Siane.
“Kemudian tulang dada patah, ke arah jantung sehingga ada jaringan di jantung (terluka) dan mengakibatkan kematian yang fatal. Jadi titik kematiannya di situ,” imbuhnya.
Siane membacakan, ada luka pada kepala Siyono tapi bukan itu yang menyebabkan kematian, karena luka di kepala tidak terlalu banyak pendarahan. Penyebab kematian dari hasil autopsi ada pada bagian dada tadi.
Dokter forensik Muhammadiyah Rorry Hartono lalu menjawab soal kemungkinan Siyono wafat. Rorry hanya menegaskan bahwa Siyono wafat akibat luka saat dia masih hidup terkena benda tumpul.
“Kalau jenazah baru, dapat ditentukan perkiraan (waktu meninggalnya), dari lebamnya, kakunya, pembusukannya. Tapi apabila jenazah sudah lewat cukup lama 21 hari, maka tentu sangat sulit menentukan kapannya,” ucap dokter Rorry.***
Red:hasran
Sumber: detik.com