Mitra Bina RAPP: Dulu Kontraktor ‘Nganggur’, Sekarang Bisa Buka Lapangan Kerja

Salah seorang pekerja sedang mengeringkan Cocopeat atau Sabuk Kelapa sebagai media tanam bibit akasia, untuk dipasok ke Nursery PT. Riau Andalan Pulp and Paper (RAPP), di Pangkalan Kerinci, baru-baru ini.
Salah seorang pekerja sedang mengeringkan Cocopeat atau Sabuk Kelapa sebagai media tanam bibit akasia, untuk dipasok ke Nursery PT. Riau Andalan Pulp and Paper (RAPP), di Pangkalan Kerinci, baru-baru ini.

Pelalawan(SegmenNews.com)- Keberadaan perusahaan industri bubur kertas (pulp) dan kertas memberikan multiplier effect(efek penggandaan) ekonomi dan penyerapan tenaga kerja dari hulu ke hilir.

Salah satunya merangsang perkembangan Usaha Kecil Menengah (UKM) yang mampu menciptakan lapangan kerja dan menggerakkan roda perekonomian daerah.

Dampak positif tersebut dirasakan oleh Sulaiman, salah seorang warga Pangkalan Kerinci, Kabupaten Pelalawan, Riau. Seiring berdirinya salah satu perusahaan bubur kertas (pulp) dan kertas di daerah tersebut, membuat Sulaiman, terpacu untuk bergabung dalam program pembinaan UKM atauSmall Medium Entrepreneurship (SMEs) dari PT. Riau Andalan Pulp and Paper (RAPP).

“Usaha saya saat ini memasok arang sekam dan cocopeat sebagai media tanam bibit akasia ke RAPP,”ujar Sulaiman, pemilik PT. Rifky Pratama Sanjaya ini.

Sulaiman meninggalkan usaha kontraktornya dan mengikuti program mitra bina SMEs ini, sejak beberapa tahun lalu. Ia memasok arang sekam sebanyak 20 ton dan cocopeat 300 ton setiap tiga bulan sekali ke RAPP.

Bahan bakunya diperoleh dari Lampung dalam kondisi 75- 80 persen dan tinggal dikeringkan di Pangkalan Kerinci.

Dikatakan Sulaiman, harga cocopeat sekarang mencapai Rp1.650 per kilogram. Dari jumlah tersebut, keuntungan bersihnya mencapai Rp250 per kilogram.

Semenjak menggeluti usaha berbahan baku limbah ini, Sulaiman pun memutuskan meninggalkan pekerjaan lamanya sebagai kontraktor di pemerintahan daerah.

Perlahan tapi pasti, saat ini dari usaha itu, Sulaiman memberi lapangan pekerjaan untuk 25 warga setempat.

“Awalnya saya kontraktor, tapi biasanya lebih sering mengganggur, dan sekarang dengan usaha ini, saya malah mampu sediakan lapangan kerja bagi warga sekitar,” ungkapnya lagi.

Ia mengatakan sangat mengapresiasi RAPP yang memberi kesempatan bagi warga setempat untuk menjadi mitra perusahaan. Sulaiman juga berharap kerjasama kepada mitra binaan bisa ditingkatkan dan berkelanjutan.

Proses pengeringan Cocopeat atau Sabuk Kelapa
Proses pengeringan Cocopeat atau Sabuk Kelapa

Dampak positif juga dirasakan Jufri, warga kota Pangkalan Kerinci, kabupaten Pelalawan, propinsi Riau. Sejak tahun 2000 silam, ia mulai menjajaki usahanya sebagai mitra bina RAPP.

Berkat ketekunan dan kerja keras selama lebih dari 10 tahun, ia berhasil menjalankan usahanya, memberi lapangan kerja, menghidupi keluarga sampai membangun sebuah rumah ukuran cukup besar dan terlihat mewah berwarna putih yang saat ini ia tempati bersama keluarganya di Pangkalan Kerinci.

“Sejak 2000 saya jadi mitra RAPP mulai dari mengurus kendaraan operasional, penyedia tenaga kerja, sampai menyediakan arang sekam untuk dipasok ke lima pusat pembibitan atau nursery akasia RAPP,” ujarnya ketika ditemui di lokasi usaha miliknya.

Dijelaskannya, perusahaan pulp dan kertas ini membutuhkan sekitar 150 ton per bulan sebagai media tanam bibit pohon akasia untuk bahan baku pulp dan kertas. Ia membaca peluang tersebut dan kemudian mendirikan perusahaan sendiri, PT Kerinci Bersaudara untuk menyuplai kebutuhan itu sejak 2010.

Ia menjelaskan inti bisnis arang sekam adalah mengolah kembali kulit padi yang bagi sebagian orang hanya menjadi limbah. Cara pembuatannya juga mudah, yaitu kulit padi (gabah) disangrai dengan penggorengan besar hingga agak menghitam.

“Bisnis arang sekam inilah yang saya rasa paling nyaman karena lebih sederhana. Orang lain mungkin melihat bahan bakunya tidak berguna, atau paling tidak untuk dibakar dan dijadikan abu gosok buat mencuci piring,” katanya.

Saat ini, Jufri memasok sebanyak 30 ton arang sekam ke RAPP setiap tiga bulan dengan harga Rp 3.000 hingga Rp 5.000 per kilogram. Bahkan, ia telah membuka tiga tempat pengolahan arang sekam. Salah satu lokasi berada tepat di sebelah rumahnya di Pangkalan Kerinci, dan dalam waktu dekat akan membuka cabang di Kabupaten Kuantan Singingi (Kuansing).

Berbicara untung, ia mengatakan memang tidak terlalu besar, hanya Rp400 per kilogramnya. Meski begitu, Jufri bisa membuka lapangan kerja bagi warga setempat untuk 22 orang.

“Rencananya, tempat yang di Kuansing akan lebih besar jadi bisa 15 orang pekerja di sana,” katanya bangga.

Manajer Community Development (CD) RAPP, Sundari Berlian, mengatakan sebanyak 177 mitra binaan yang jenis usahanya langsung berkaitan dengan operasional perusahaan industri kehutanan itu. Jenis usahanya mulai dari kontraktor palet, penyedia tenaga kerja, sarana transportasi, water tank, nursery, hingga penanaman dan pemanenan tanaman industri.

Dengan kerjasama dengan RAPP, warga setempat bisa dengan mudah mendapatkan akses perbankan untuk mendapat modal, yakni menggunakan kontrak PO (purchase order) sebagai jaminannya.

“Dari 177 mitra RAPP ini, mereka bisa menyerap tenaga kerja sampai 3.300 orang,” ujar Sundari. 

Hal tersebut sesuai dengan prinsip pendiri perusahaan, Sukanto Tanoto menjalankan bisnisnya, yakni baik untuk masyarakat (Community), negara (Country), iklim (climate) dan perusahaan (Company).***(Ran)