Tanpa rasa curiga, gadis kecil itu mengikuti dan naik ke angkot milik pelaku.
“Sejak itu anak saya menghilang, saya sudah berusaha mencari-cari, dan akhirnya saya ketahui kalau teman saya juga yang bawa anak saya. Di situ saya langsung cari pelaku, dan pada tanggal 20 februari saya dapat pelaku, tapi anak saya belum ketemu,” ungkap Rs (38) ayah korban, Selasa (14/3/2017) dilansir tribunnews.
Saat itulah korban menceritakan semuanya kepada kedua orangtuanya. Korban mengaku di oper-oper dari sopir angot satu ke yang lainnya.
Pengakuan korban, bahwa selama berpindah-pindah sopir. ia menjadi korban kekerasan seksual. Tercatat, korban “dikerjai” oleh sopir angkot itu, mulai di Jalan Bung Tomo, Km 1, Km 4, Loa Janan hingga Harapan Baru.
“Selama itu juga dia (korban) diperkosa, saya janji kalau polisi tidak cepat tangkap pelaku, saya dan teman-teman saya yang akan cari mereka,” tegas Rs saat ditemui di Maporesta Samarinda.
Pihaknya pun melaporkan hal itu ke kepolisian, pada Senin (13/3/2017).
Saat ini korban dan ibunya tengah menjalani pemeriksaan oleh kepolisian.
Selama menjalani pemeriksaan, korban dibawah pendampingan Dinas Pemberdayaan Perempuam dan Anak, Kota Samarinda, dan Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) Kota Samarinda.
Sementara itu, ibu korban Tn (28) yang selalu setia bersama korban saat menjalani pemeriksaan menjelaskan, selain diperkosa, anaknya juga dipaksa untuk isap narkoba jenis sabu.
“Dia ngaku kalau disuruh gunakan sabu juga, saya tidak kuat dengar ceitanya,” ucapnya pasrah.
Dia pun berharap, seluruh pelaku dapat segera diamankan dan dihukum seberat-beratnya. “Kalau bisa dihukum berat, dikebiri saja, supaya tidak ada lagi korban lainya, karena pelaku ini tidak sendirian, tapi 8-13 orang,” ucapnya.***(Ran/tbn)