Gubernur Riau Akan Jadikan Tradisi Ziarah “Hari Rayo Onam” Kampar Destinasi Wisata

Pekanbaru(SegmenNews.com)- Gubernur Riau, Arsyadjuliandi Rahman berkeinginan menjadikan tradisi budaya “Hari Rayo Onam” Kabupaten Kampar sebagai salah satu destinasi pariwisata di Provinsi Riau.

Gubernur Riau Arsyadjuliandi Rahman mengikuti tradisi hari rayo onam di Kampar

Hari Rayo Onam adalah sebuah tradisi yang cukup unik di masyarakat Kampar. Hari raya enam merupakan hari raya setelah melaksanakan puasa enam hari di bulan syawal atau tepatnya pada tanggal 7 syawal.

Sebagian besar masyarakat Kampar lebih menganggap dan meriahkan hari raya enam dibandingkan Hari Raya Idul Fitri yang jatuh pada 1 Syawal.

Hari raya enam ini menurut ninik mamak setempat merupakan hari raya berbagi dan bersilaturrahmi antar sesama baik itu sesama warga setempat maupun dengan warga perantau yang sudah lama meninggalkan kampung halamannya.

Tradisi ini memiliki kekayaan budaya dan tradisi Islam yang mengakar. Perpaduan tradisi budaya dan Islam menghampiri hampir seluruh aktivitas kegiatan masyarakat Kampar.

Pada perayaan Hari Raya Enam, perantau asal kampar wajib pulang kampung, dan harus membawa semua anggota keluarganya dari rantau untuk memperkenalkan sanak saudaranya di kampung halaman. Setiap pelaksanaan acara hari raya enam ini biasanya selalu diisi dengan acara tradisi dan hiburan.

Seperti pelaksanaan tahun ini, dari paginya semua warga tersebut berkumpul di salah satu mesjid kemudian mengarak-arak anak yatim kemudian berkumpul dipinggir sungai kampar sambil melakukan makan bersama anak yatim dan seluruh warga perantau yang datang.

Pada Minggu (3/7/2017), Gubernur Riau bersama Bupati Kampar Aziz Zaenal dan Walikota Pekanbaru Firdaus, beserta ribuan masyarakat Muara Uwai, mengikuti hari rayo onam dengan berziarah ke makam.

Gubri, Arsyadjuliandi Rahman bersama Walikota Pekanbaru dan Bupati Kampar Ziarah Kubur di Muara Uwai-Kampar.

Sebelum ziarah kubur, terlebih dahulu dilaksanakan takziah dan doa bersama oleh Imam Masjid Jamik Bangkinang. Doa digelar di depan Masjid, dimana terdapat makam para ninik mamak masyarakat Muara Uwai.

Usai berdoa dan ziarah kubur, masyarakat pun saling bersalaman antar sesama peziarah. Acara dilanjutkan dengan sarapan bersama di Rumah Tuo, yang tak jauh dari Masjid
Jamik Bangkinang.

Berbagai makanan ciri khas Bangkinang, seperti, roti jala, lapek bugi, lemang tapai, lomang pasung, lontong soto dan jenis makanan lainnya dihidangkan.

Gubernur Riau, Arsyadjuliandi Rachman, mengatakan, tradisi ziarah di Bangkinang ini tidak akan pernah habisnya. Dan harus terus dilanjutkan oleh seluruh masyarakat Bangkinang.

Selain menyampaikan doa, tradisi ini juga menjadi ajang silaturahmi masyarakat Kabupaten Kampar.

“Ziarah kubur ini sudah tradisi turun temurun dan perlu terus dilanjutkan. Selain berkumpul dengan keluarga juga menjadi ajang silaturahmi masyarakat Kampar, yang pulang kampung dari berbagai daerah. Bahkan ada juga warga Kampar yang dari Malaysia dan negara tetangga sengaja datang untuk menghadiri ziarah kubur, yang sekaligus menjadi hari raya enam di bangkinang,” kata Gubri.

Pada kesempatan ini, Gubernur juga meminta izin kepada masyarakat Muara Uwai dan ninik mamak, untuk menjadikan tradisi ziarah kubur sebagai salah satu iven Pariwisata Riau. Gubri menilai dalam setiap kegiatan di Muara Uwai ini lebih dari seribu orang yang hadir. Dan bisa menjadi salah satu penarik wisatawan, terutama bagi negara tetangga.

“Acara yang sudah turun temurun ini akan kita jadikan sebagai destinasi pariwisata Riau. Insya Allah tahun depan kita akan mengundang tamu yang lebih banyak,” kata Gubri.

Selain Gubernur Riau, juga hadir Walikota Pekanbaru Firdaus MT. Dan secara bersama orang nomor satu di Riau dan Kota Pekanbaru ini berziarah ke beberapa makam yang ada di desa Muara Uwai.

Dari pantauan di lapangan, mulai pukul 07.00 WIB, masyarakat dengan berpakaian muslim dan berselendang kain sruny, baik dari muara Uwai dan dari luar daerah, sudah mulai tampak memadati Masjid Jamik Bangkinang.(Advertorial)