Masyarakat Rupat Menangis Sampaikan “Keganasan” PT SRL April Grup kepada DPRD Riau

Pekanbaru(SegmenNews.com)-Masyarakat Pulau Rupat yang melakukan aksi demonstrasi di DPRD Riau, menangis menyampaikan kondisi Pulau Rupat yang luluh lantak akibat aktivitas PT SRL (April Grup) kepada Wakil Ketua Komisi A DPRD Riau.

Masyarakat pulau Rupat saat menyampaikan keluhan mereka di DPRD

Tangisan masyarakat ini tercurah ketika masyarakat diterima oleh Hasmi Setiadi, Wakil Ketua Komisi A DPRD Riau dan Solihin Dahlan, anggota DPRD Riau Dapil Dumai Bengkalis dan Meranti, di ruang medium DPRD Riau, Kamis (26/10/2017).

Baca Juga: WWF-I: Tindakan APRIL/RAPP Bahayakan Keselamatan Masyarakat

Fahrin, salah seorang masyakat Pulau Rupat yang diberi kesempatan menyampaikan aspirasinya kepada anggota Dewan, menyatakan, beberapa waktu lalu mereka di Pulau Rupat mendengar ada masyarakat Rupat yang demo dan menyatakan mendukung PT RAPP dan meminta Menteri LHK mencabut SK soal penghentian sementara PT RAPP.

“Kami tidak terima itu pak anggota Dewan. Inilah kami masyarakat Pulau Rupat yang sesungguhnya. Kami datang dari masing-masing perwakilan desa dan kelurahan yang ada di Pulau Rupat. Kami datang tanpa sarapan dan melewati laut dan sungai untuk menyampaikam aspirasi kami dan dukungan kami terhadap SK KLHK Nomor 17 tahun 2017 terhadap PT RAPP. Ini sudah lama kami nantikan. Kami sudah sejak tahun 2011 lalu datang ke DPRD ini menyatakan menolak keberadaan PT SRL April Grup di Pulau Rupat. Namun sampai sekrang tidak reealisai. Baru saat ini Menteri LHK membuat keputusannya yang sudah kami nantikan ini,” ujar Fahrin dengan nada bergetar dan menangis.

Tangisannya semakin tak tertahan saat mengungkapkan Imbas pekerjaan PT SRL terhadap masyarakat.

Baca Juga: JMGR: APRIL dan APP Renggut Kesejahteraan Masyarakat

“Kami tidak bisa minum air yang dulu lagi karena saat ini rasanya sudah masam. Daerah kami yang biasa diguyur hujan berbulan-bulan tak pernah banjir, sekarang turun seminggu saja sudah banjir. Lahan yang berbulan-bulan masih basah, sekarang satu minggu saja sudah kering. Kami sangat menderita di Pulau Rupat. Baru dengan keputusan KLHK saat ini kami semangat lagi,” ujarnya.***(ran)