Meranti(SegmenNews.com)- Sesuai data di Puskesmas Alah Air tercatat 247 anak-anak mengarah ke stunting atau pertumbuhan anak yang tidak sesuai dengan umur. Titik besar terdapat di Desa Banglas Barat dan Alah Air.
Hal itu diungkapkan Kepala Puskesmas Alah Air, dr. Sista Nurmala kepada Kadisdikbud Meranti, Drs, H, Nuriman Khair saat Kunker ke Puskesmasnya, Rabu (11/9/19).
Menurut Sista Nurmala, stunting bisa diobati, hanya sampai usia 1.000 hari sejak bayi lahir, atau usia anak tersebut 2 tahun.
Untuk mengatasi stunting, pihak puskesmas menerapkan edukasi kepada ibu hamil sejak dini.
Dalam upaya mengantisipasinya, lanjut Sista, pihak Puskesmas tidak bekerja sendiri, melainkan bekerjasama dengan lintas sektor, seperti koordinasi dengan pihak kecamatan dan desa. Di mana unit kerja Puskesmas Alah Air mencakupi 2 kelurahan dan 5 desa, dengan jumlah 25 posyandu.
“Selain pemantauan di puskesmas, juga kita lakukan di posyandu yang tersebar di desa dan kelurahan,” sebutnya.
Menurutnya, masalah stunting berawal dari gizi ibu hamil. Untuk itu, pihak Puskesmas bekerjasama dengan lintas program, seperti Program Kesehatan Ibu dan Anak (KIA), Gizi, dan Kesehatan Lingkungan (Kesling).
“Dengan koordinasi tersebut, banyak hal yang sudah kita lakukan. Seperti, sebelum ibu muda menjadi hamil kami lakukan kegiatan kespro catin. Memberikan edukasi kepada calon pengantin. Dalam hal ini juga, kita sudah MoU dengan KUA Selatpanjang,” bebernya.
Disamping itu, tambah dia, pihak Puskesmas juga membekali catin masalah stunting. Bagaimana ibu hamil mengahadapi masa kehamilannya dengan baik.
“Kita juga mempunyai kelas ibu hamil. Ini dilakukan sebanyak empat kali pertemuan dalam sebulan,” sebutnya.
Selanjutnya, kata Sista, pihak Puskesmas juga membuat inovatif berupa kelas sahabat gizi kita, di mana ibu dan balita dilakukan edukasi selama tiga bulan, dan kegiatan ini sudah berjalan sejak bulan Maret 2019 lalu.
“Untuk anak gizi buruk, atau masuk garis kuning, kita berikan susu. Susu tersebut merupakan bantuan dari kemenkes,” pungkasnya.
Mendengar penjelasan Kepala Puskesmas Alah Air itu, Kadisdikbud Kepulauan Meranti mengatakan, untuk pencegahan upaya yang dilakukan pihak Puskesmas sudah benar. Namun ke depan, menurutnya perlu sosialisasi secara intens ke masyarakat.
“Untuk keberhasilan pencegahan stunting ini, saya rasa 70 persen ada di lintas sektoral, dan 30 persen ada di kesehatan,” tutur Nuriman.
Menurutnya, kasus stunting terjadi bukan hanya disebabkan faktor ekonomi, tetapi juga perhatian orang tua. Untuk itu, perlunya sosialisasi guna merubah mindset masyarakat.
“Ke depan, kita minta pihak Puskesmas, setiap kegiatan menyangkut soal stunting bisa melibatkan pihak Dinas Pendidikan,” tutupnya.***(Ags)