Tak Cukup Dengan Normalisasi Sungai

Tak Cukup Dengan Normalisasi Sungai

Meranti(SegmenNews.com)-Pasang keling sebutan warga lokal Selatpanjang Kabupaten Kepulauan Meranti kembali melanda aktifitas sejumlah pedagang dan pengunjung pasar sandang pangan. Rabu (18/11/2020).

Pasang keling atau lebih dikenal dengan banjir rob itu menjadi momen langganan terhadap pedagang dan pengunjung pada awal tahun dan penghujung tahun seperti saat ini.

Sudahlah dilanda pandemi Covid-19 dengan menurunnya daya beli masyarakat, pedagang juga dihadapkan persoalan banjir rob yang tak kunjung terurai. Sehingga menyebabkan pendapatan atau perekenomian mereka semakin hancur.

Dari pantauan wartawan, ketinggian genangan air laut yang naik ke darat tersebut bervariasi pada sejumlah titik; mulai dari 15 Cm, hingga lebih dari 30 Cm meter. Bahkan titik terparah berada di Pasar Sandang Pangan Arah Sei. Juling hampir 60 hingga 70 Cm.

Meskipun demikian, aktivitas pedagang, mulai dari pedagang pakaian, dan lain lain tetap berjalan seperti biasa. Namun kondisi pasar terlihat lengang dari pembeli. “Banjir pasang tinggi seperti ini langganan tiap tahun terjadi. Kalau sudah begini ya lengang tidak ada pembeli,” kata salah seorang pedagang pakaian, Lukman.

Menurutnya, bertepatan pada hari biasa pendapatannya bisa mencapai Rp 200 ribu sampai Rp 500 ribu perhari, namun ketika seperti ini pendapatan mereka anjlok, terlebih situasi Covid-19.

Pasang dan surutnya banjir Rob itu bisa sampai 4 jam, batas akhir surutnya pasang laut diperkirakan bertepatan pukul 14.00 WIB sore. “Air laut naik sekira pukul sembilan, dan surut sekira pukul satu siang. Kalau sore mana ada orang yang mau beli. Biasanya orang belanja pagi.”ungkapnya.

Sekretaris Dinas Pekerjaan Umum, Penataan Ruang Perumahan dan Kawasan Permukiman (PUPRPKP) Kabupaten Kepulauan Meranti Syaiful tak menampiknya. “Iya seperti jatah tahunan untuk mereka pedagang di sana,” ujarnya.

Namun ia mengaku jika wewenang penanggulangan banjir rob tidak berada di tangan pemerintah daerah Meranti, melainkan Pemprov Riau.

“Namun kita tetap menjalin komunikasi dan mengusulkan. Seperti tahun sebelumnya mereka ada dilakukan normalisasi beberapa anak sungai di Selatpanjang. Seperti anak sungai Jalan Yos Sudarso dan Sungai Juling,” ungkapnya.

Dalam penanggulangan banjir rob, menurutnya tidak cukup dengan hanya normalisasi. Karena, kata Syaiful, permukaan air laut lebih tinggi dari permukaan daratan yang terkena dampak.

“Karena normalisasi hanya mampu menambah debit tampungan air aja. Cuma masalahnya sekarang, pintu masuk air laut ke darat itu banyak titiknya. Sementara tinggi permukaan air laut pasang jauh dari permukaan daratan wilayah yang disebutkan. Belum lagi ditambah dengan kondisi air hujan. Makanya jenuh,” ungkapnya.

Penganan yang efektif dibeberkannya hanya bisa menggunakan sistem mekanikal. Mengunakan pompa yang didukung dengan pembangunan tanggul sepanjang pantai yang berpotensi.

“Ya satu satunya jalan harus sistem mekanisasi. Udah tidak bisa secara alami ketika tibanya rob itu. Jadi nikmati saja dulu. Seperti di Jakarta Utara itu. Sampai ada solusi dan anggaran yang besar. Karena tidak sedikit biayanya itu,” ungkapnya.(Ags)