Banjir, Warga Meranti Terpaksa Bayar Dua Kali Ongkos Penyeberangan

Banjir Genangi Jalan, Warga Meranti Terpaksa Bayar Dua Kali Ongkos Menyeberang

Meranti(SegmenNews.com)-Banjir rob atau air pasang laut yang menggenangi ruas jalan Bandul Desa Mekong Kecamatan Tebingtinggi Barat ternyata tidak menyurutkan semangat masyarakat dalam melakukan aktivitas dengan menyeberang di penyeberangan kempang antara dua pulau di Kabupaten Kepulauan Meranti. Jum’at (20/11/2020).

Hal ini menunjukkan bahwa mobilisasi masyarakat terus meningkat, meski akses jalan mengalami kondisi yang parah dan menjadi kendala serius di tengah-tengah masyarakat.

Kini, kondisi jalan tersebut sama sekali tidak bisa dilalui kendaraan, hal ini diakibatkan naiknya air laut ke daratan atau yang lebih dikenal masyarakat setempat dengan pasang keling.

Air di sana merendam badan jalan hingga meluap dengan ketinggian hingga 1 meter dan sepanjang lebih kurang 200 meter.

Imbasnya masyarakat Pulau Merbau yang ingin berurusan di Ibukota kabupaten menjadi terhambat.

Untuk tetap ingin berpergian ke Ibukota Kabupaten, Kota Selat Panjang masyarakat harus terpaksa merogoh sakunya lebih dalam, pasalnya untuk sampai ke seberang, mereka harus menyeberang sebanyak dua kali. Selain itu mereka tidak punya pilihan karena jalan tersebut merupakan akses satu satunya.

“Tidak ada jalan lain, mau tidak mau kami terpaksa lewat jalan Bandul ini untuk menyeberang ke Selatpanjang. Walaupun air pasang membuat jalan tenggelam,” ujar Andi, warga Pulau Merbau, baru-baru ini saat ditemui di penyeberangan Semukut-Mekong.

Kondisi ini juga memaksa masyarakat untuk antre berjam-jam menunggu giliran menyeberang dengan menggunakan kempang yang ditarik oleh sejumlah pemuda di ruas jalan yang tergenang air pasang hingga mencapai satu meter.

Tidak jarang pula jasa penyeberangan dikeluarkan sedikit lebih besar dibanding biasanya. Itu disebabkan kondisi alam yang kurang bersahabat dan harga Rp10 ribu itu tidak selamanya bertahan di waktu-waktu tertentu.

Masyarakat harus menyediakan uang Rp20 ribu jika hendak ke Ibukota maupun ke Pulau Merbau. Sementara pendapatan warga tidaklah besar, terutama bagi mereka yang merupakan nelayan dan petani karet.

Di akhir tahun misalnya, debit air laut meningkat. Ketika air pasang, sebagian jalan menuju Desa Mekong terendam air asin. Selain sulit dilewati, air asin sangat berbahaya untuk besi-besi di kendaraan bermotor.

Bahkan, air asin membuat besi di sepeda motor akan cepat berkarat dan keropos belum lagi kerusakan mesin dan sebagainya.

Sehingga masyarakat yang sebelumnya telah membayar Rp10 ribu untuk penyeberangan di Selat Rengit juga harus mengeluarkan ongkos lagi untuk penyeberangan diatas darat, jalan yang digenangi air pasang dengan kembali mengeluarkan ongkos Rp10 ribu.

Salah seorang yang memanfaatkan jasa kempang dorong asal Desa Batang Meranti, Sofyan (35) mengaku memang untuk menghindari air pasang laut yang menggenangi jalan diri nya tidak punya pilihan untuk tidak menaiki kempang tersebut, karena akan merusak sepeda motor dan membuat karat nantinya.

“Saya tidak punya pilihan lain daripada melalui banjir akan membuat celana basah, sepatu basah dan sepeda motor berkarat lebih baik naik kempang ini walaupun harus dua kali menyeberang untuk sampai,” katanya.

Untuk diketahui jalan satu-satunya menuju Pulau Merbau itu dibangun melalui sumber dana DAK sebesar Rp 9.448.778.000,00 pada tahun 2016 silam yang dilaksanakan oleh PT Lintas Khatulistiwa Indonesia.

Pekerjaan tersebut tidak terealisasi maksimal dan selesai sampai batas waktu yang ditentukan, sehingga diberi waktu lagi untuk menyelesaikannya dan pekerjaan tersebut tidak juga dapat diselesaikan

Saat ini status jalan tersebut merupakan ruas jalan Provinsi Riau. Masyarakat Kepulauan Meranti menaruh harapan besar terhadap sentuhan yang akan diberikan oleh Gubernur Riau (Gubri) yang notabene sangat mengetahui persis kondisi jalan tersebut saat.(Ags)