Dr Elviriadi: Selamat Jalan Said Abu Syofyan, Jasamu Dikenang Selalu

Dr Elviriadi: Selamat Jalan Said Abu Syofyan, Jasamu Dikenang Selalu

Pekanbaru(SegmenNews.com)- Seorang aktivis “lasak” Said Abu Sofyan bersabung nyawa demi negeri. Begitu banyak jasanya memperjuangkan hak-hak masyarakat.

Komitmen Said Abu membela kebenaran dan perjuangannya tak bisa dilupakan oleh seorang Pakar Lingkungan Hidup Provinsi Riau Dr.Elviriadi.

Bahkan kabar kepergian Said Abu yang mendadak itu membuat Elviriadi kaget dan menyesakkan dada. Kabar duka itu ia peroleh dari rekannya seorang pengacara muda bernama Andi pada hari Kamis malam (23/9/2022) lalu.

“Saya diberi kabar oleh Andi melalui whatsapp, kabar itu menyesakkan dada saya dalam duka yang mendalam,” kata Elviriadi sedih, Sabtu (01/10/2022).

Betapa tidak, padahal beberapa sebelum kepergiannya ia masih menerima telpon dari almarhum Said Abu Syofyan.

“Bang, bio kami berangkat dulu ye. Nantik dinda hubungi Bang Bahar (Ketua DPRD Pelalawan) untuk menyusul. Abang kami perlukan untuk link KAHMI disane meloby menteri” kata kata itu masih terngiang ditelinga Elviriadi.

Sebetulnya lanjut Elviriadi, setelah jumpa Menteri atau Wamen ATR/BPN, Almarhum ingin berdiskusi soal skema pengembalian kawasan hutan yang kini diduduki PT.TUM. Tapi Allah swt berkehendak lain. Sang putra melayu penyalai Pelalawan itu di panggil Sang Pencipta.

“Bagi saya, sebagai seorang aktivis, adinda Said Abu Sofyan tergolong progresif. Lasak bahasa Riaunya. Selain lasak, SAS juga mau mati matian membela keyakinannya. Turun ke lokasi desa yang dipandangnya bermasalah, lalu mengadvokasi lewat media sosial tak henti,” ujarnya.

Salah satu media online yang dijadikan grup WA, melalui grup ini, SAS menyalurkan aspirasi intelektualnya dan mengomentari isu publik.  Dia mengeluarkan statement “menantang” tetapi membuka celah diskusi dibalik narasi komennya.

Mungkin sikap kritis tapi tak “masuk ke hati” walau berbeda, dia dapatkan di HMI. Persis beberapa tahun lalu, ketika almarhum ikut LK I, Elviriadi melihatnya alot berdebat dengan teman seangkatan seperti Rocky Ramadia dan Anto Unilak.

“Saya sendiri merasakan persahabatan yang hangat sewaktu ikut ke Pulau Mendol. Sekitar 4 bulan lepas. Sepanjang perjalanan baik di travel ke Buton atau di spead boad menuju Pulau Mendol dia tampak ceria penuh senyum,” cerita Elviriadi.

Bahkan, Elviriadi pernaj tidur dirumah orang tua almarhum selama kunjungan observasi ekosistem gambut disana. Ayahnya, Said Sidiq sekitar 70-an  yang ahli zikir adalah teman diskusi setiap malam sebelum terlelap tidur.

“Yang membuat saya terkesan, sekaligus haru, adalah komitmen adinda  SAS menegakkan kebenaran. Dia tak bergeming jika sudah melangkah. “Pulau Mendol harus kite selamatkan kanda. Kalau tempat lain korporasi nak mengakal lantaklah. Tapi jangan cecube di kampung dinda,” itu kalimatnya dalam speadboad pulang ke Pekanbaru.

Mungkin ada puluhan pemuda dan juga aktivis yang berpikiran seperti SAS. Tapi sejauh apakah? Sedalam apakah cinta  nya pada negeri sehingga sanggup bersabung nyawa?

Riau hari ini adalah Riau yang tertekan dan dipaksa oleh tangan besi kapitalisne ekologis. Yang dibutuhkan bukan narasi juang gagah memukau di teks WA, tapi hampa realita. Heroisme sebatas atas meja, tapi minim aksi di lapangan.

Dijantung konflik. Ditanah tanah Melayu yang dipatok cukong lokal, di ganyang mafia tanah tak beradab. Dan dibogen tangan besi korporasi HGU dan HTI yang punya segalanya.

Yang sangat dibutuhkan adalah daya juang action semacam yang diteladani adinda SAS. Agaknya SAS SAS baru perlu dilahirkan Tanah Mendol, ceruk rantau Melayu. Yang segan silu tatkala (padahal) negeri sudah dipatok, dibagi bagi, rakyat diungsi sampai tercabik dan berkecai.

Selama jalan adinda SAS. Pesan juangmu akan kami kenang dan warisi. Puas sudah budak budak negeri berlari setelah jadi penonton pun tak dikasi. Saatnya Pesanmu kami rubah jadi api. Kami tiup sampai menjadi dan daulat harga diri bermartabat negeri. Takkan Melayu Hilang dibumi,”Selamat jalan Adinda Jasamu akan kukenang selalu-(yus)