Rohul(SegmenNews.com) – Hadirnya perusahaan Pabrik Kelapa Sawit PT Sumatera Karya Agro (PKS PT SKA) di Desa Sei Kuning Kecamatan Rambah Samo, Rokan Hulu dinilai tak memberi dampak positif bagi masyarakat. Melainkan menimbulkan perselisihan ditengah tengah masyarakat Desa Sei Kuning.
Hal ini disampaikan Kades Sei Kuning Abdul Khalik kepada SegmenNews.com, Minggu 4 Agustus 2024. Dikatakan Kades, semenjak mulai beroperasi PT SKA pada November 2023 lalu, pihak perusahaan belum memberikan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (TJSP) bagi masyarakat disekitar perusahaan.
“Masyarakat belum ada menerima bantuan CSR dari PT SKA sejak berdirinya, yang ada kami masyarakat semakin dipecah pecah semenjak ada perusahaan tersebut,” ujarnya.
Ia menambahkan, masyarakat resah dengan pembangunan Land Aplikasi (LA) perusahaan, masyarakat tidak mau lahan miliknya dijadian jalur pembuangan limbah perusahaan karna dinilai dekat dengan pemukiman masyarakat dan memberikan dampak negatif.
“Perusahaan tidak berkordinasi kepada Pemdes dalam membuat LA, kami sudah sampaikan surat ke perusahaan, bagaimana LA yang akan dibuat agar tidak terlalu dekat dengan masyarakat karena bahaya akan dampak limbah tersebut bagi masyarakat,” ujar Kades.
Bahkan, saat ada laporan warga tentang matinya ribuan ikan dikeramba aliran sungai Siabu Sumbek yang diduga akibat limbah PT SKA, Pemdes dan tokoh masyarakat Sei Kuning tidak dilibatkan oleh pihak Perusahaan dan DLHK Provinsi.
“Hari ini saya meninjau laporan warga tentang matinya ikan dikeramba diduga karena limbah perusahaan, karena saya lihat air sungai menghitam dan mengeluarkan bau menyengat,” ujarnya.
Lanjutnya, DLHK Riau dan perusahaan tidak ada berkordinasi kepada Pemdes maupun tokoh masyarakat Desa Sei Kuning akan ada peninjauan ke lokasi anak sungai Siabu Sumbek yang berada dilahan warga diduga tercemar oleh limbah PT SKA.
Sebelumnya, Ribuan ikan milik warga Sei Kuning mati diduga akibat tercemarnya Sungai Siabu Sumbek oleh limbah PT Sumatera Karya Agra (SKA). Di lokasi keramba ikan milik warga, ikan berbagai jenis sudah mengapung dan air sungai hitam dengan bau tidak sedap.
Dari pantauan di lapangan SegmenNews.com, Sabtu 3 Agustus 2024, aliran sungai Siabu Sumbek terlihat menghitam dan mengeluarkan bau menyengat.
Di lokasi keramba ikan milik kelompok yang diketuai Zainal terlihat ikan pada ke 6 kolam, ribuan ikan sudah mengapung. Sebagian ikan sudah dipindahkan pemilik ke air yang lebih jernih.
Jaka, salah satu warga Sei Kuning, yang mengurus keramba, mengatakan pada hari Jumat, 2 Agustus 2024 sekitar pukul 16.00 WIB, ia melihat air sungai mulai menghitam. Namun, ia tidak mengetahui penyebabnya.
“Hari ini, Sabtu 3 Agustus 2024 sekitar pukul 06.00 WIB saya melihat ikan ikan mulai mengapung, dan air sungai menghitam dan mengeluarkan bau busuk, setelah kami telusuri diduga dari kolam limbah milik PT SKA,” ujarnya.
Sementara, Zainal Haris, Ketua Kelompok keramba ikan mengatakan sudah 3 bulan berusaha ternak ikan di aliran Sungai Siabu Sumbek, selama berdirinya usaha keramba ikan tidak ada terjadi air menghitam dan mengeluarkan bau busuk.
“Rencananya usaha ikan ini, menjadi usaha bersama masyarakat sekitar, ikan ikan tersebut akan dijual dipasar untuk menambah penghasilan, namun akibat matinya ribuan ikan akibat air yang menghitam dan membusuk, kami rugi hampir kurang lebih Rp 95 juta,” ujarnya.
Ia berharap, agar pemerintah menindaklanjuti penyebab matinya ribuan ikan miliknya. Jika akibat pengolahan limbah perusahaan PT SKA agar dapat ditindak.
Sementara, Ridho Sinurat Humas PT SKA ketika dijumpai di keramba milik warga belum memberikan tanggapan.”Kita masih menunggu jawaban dari management,” ucapnya singkat.***