Pangkalan Kerinci(SegmenNews.com)- Nafas tidak teratur, sering mengalami sesak nafas, akibat kebocoran jantung. Nurul Aisyah berusia 2,8 tahun, asal Kabupaten Pelalawan- Riau, hanya bisa bertahan dengan mengkonsumsi obat obatan seminggu sekali dari RSUD Selasih.
Kondisi tubuh balita malang ini mengalami penyusutan hingga kurus kerontang. Tangis rintihan yang menyayat hati terus keluar dari mulut mungilnya.
Selain mengalami jantung bocor, dada anak keempat dari pasangan Mahmuddin (55) dan Suhaili (36), telah mengalami pembengkakan.
Mirisnya lagi, para dermawan dari kalangan masyarakat, Ormas dan Pemkab Pelalawan sendiri sudah memberikan bantuan untuk mengumpulkan dana biaya operasi ke Jakarta.
Namun sampai saat ini, balita malang itu tak kunjung dioperasi, hanya karena tidak ada biaya ongkos berangkat ke Jakarta lagi.
Sebab, keluarga miskin ini sudah dua kali berangkat ke Jakarta untuk pemeriksaan Nurul, agar layak dioperasi.
Keberangkatan pertama, sekitar Februari 2015 lalu, kala itu Pemda dan Pemprov Riau menanggung semua biaya keberangkatan.
Keberangkatan kedua, pada November 2015 lalu, bocah penderita jantung bocor ini berangkat dengan biaya sendiri yang bersumberkan dari bantuan masyarakat melalui penggalangan dana untuk Nurul Aisyah oleh sejumlah Ormas.
Untuk proses operasi yang direncanakan pada tanggal 8 atau 10 Februari. Dana bantuan sudah habis, sehingga sampai bulan Maret ini balita malang itu gagal berangkat ke Jakarta, untuk menjalani operasi di RS.Harapan Kita.
Kadis Kesehatan Kabupaten Pelalawan, dr Endid Romo Pratikyo, mengakui pihaknya tidak bisa berbuat banyak terhadap balita malang itu. Pemkab tidak bisa membantu, sebab sesuai dengan kewenangan yang dimiliki.
“Mungkin regulasi aturan kedepan harus direvisi, agar kita bisa membantu pasien dua sampai tiga kali. Wakau demikian, kitabakan upayakan membantu dengan cara lain,” jelas dr Endid.
Ketua RW Jalan Pemda gang Merpati, Amril Rabu (30/3/16) sangat prihatin dengan kondisi warganya. Padahal, Pemerintah Daerah melalui Dinas Kesehatan telah kibarkan benderah putih untuk membantu keluarga miskin ini.
Namun walaupun sudah gembor di media massa, keluarga miskin ini masih kesulitan.
“Kalau ditelisik lebih dalam, keluarga ini hidup berdampingan dengan masyarakat yang kaya, dan juga berdampingan dengan perusahaan bubur kertas terbesar di Asia tergara, mana kepedulian mereka,” tandasnya.
Sementara orang tua bocah malang itu, saat ini hanya bisa pasrah, sambil berharap bantuan dari yang maha Kuasa.
“Kalau memang ada rezekinya mudah-mudahan niat kami agar operasi Nurul terlaksana. Kuasa Allah siapa yang tahu,” sedih Mahmuddin.***(Arif)