Tiga Bangunan di Siak Bukti Sejarah yang Memiliki Arsitektur Melayu

Siak(SegmenNews.com)- Bupati Siak Syamsuar, saat membuka Seminar Arsitektur Nasional mengatakan, karya arsitektur melayu sebagai warisan edukasi dan sejarah. Kini diupayakan sebagai bagian dari kota pusaka, seperti bangunan Istana Siak, Balai Rung Sri Kerapatan Tinggi dan Masjid Sahabuddin.

Ketiga bangunan tersebut merupakan bagian dari bukti sejarah peradaban Kesultanan Siak dan kemashuran arsitektur melayu, ujar Syamsuar, di gedung LAM Siak, Rabu (12/4/17) pagi.

Ia berharap, melalui seminar ini, mampu menyumbangkan kontribusi gagasan dan ide cemerlang. Dalam rangka merumuskan kembali Identitas Arsitektur Melayu dalam derap langkah pembangunan lansekap Kabupaten Siak.

“Harapannya identitas Arsitektur Melayu, sebagai daerah yang modern di Provinsi Riau, tanpa meninggalkan nilai-nilai tradisinya, memangku Adat Menjemput Kejayaan Siak Sri Indrapura,” ungkap Bupati.

Seminar Nasional Ikatan Arsitek Indonesia (IAI) daerah Riau itu, bertajuk Arsitektur Nusantara menarik perhatian sejumlah kalangan. Terlihat dari ramainya peserta memadati ruang lantai dua gedung LAM Siak itu.

Ada tiga pemateri yang mengisi seminarnasional tersebut. Diantaranya, Yoris Antar (IAI), Amrun Budayawan Siak dan OK Nizami Jamil Budayawan Riau.

Salah satu peserta, saat dijumpai sebelum acara dimulai, Cahaya Murni asal kota Batam, mengaku tertarik datang karena berhubungan dengan Arsitektur Melayu.

Kebetulan kota Batam akan membangun masjid agung yang besar, kaitannya dengan seminar ini adalah sebagai referensi arsitektur melayu.

Dijelaskannya, bagaimana nanti cara penerapan pada bagian-bagian ruang masjid tersebut yang tidak menyalahi kaidah dan konsep melayunya, termasuk ornamen dan filosofinya.

Sehingga apa yang di dapatkan dari sini lanjut Cahaya, bisa di terapkan pada perencanaan ‘review design’ untuk masjid agung tersebut. Karena pada dasarnya kota Batam masih satu rumpun melayu, yang dulunya masih bersatu dengan Riau.

Ia berharap dengan seminar ini, dapat memberikan pola pikir yang berbeda bagi adik-adik mahasiswa, untuk bebas berkreasi, menggabungkan arsitek melayu dengan melayu modern, sehinga tak kan melayu hilang dibumi.

Meski pertama kali bertandang ke Siak Sri Indrapura, Cahaya terkagum dengan kebersihan dan penataan taman kota, pedestrian atau pejalan kaki. Selain itu kotanya tenang dan nyaman, dapat dilihat mimpi dari kepala daerahnya untuk mewujudkan sebagai daerah tujuan wisata yang asri.

Siak ini patut dicontoh bagi kota-kota kecil lainnya, infrastrukturnya sudah bagus, seperti jembatan ‘Tengku Agung’ yang dihias lampu-lampu. “Pesan saya, agar arsitektur lama itu dipertahankan, agar menjadi ciri khas tersendiri,” imbuhnya.

Wanita dua anak itu adalah alumni 2001, universitas Islam Indonesia Yogyakarta jurusan arsitektur, S2 selesai tahun 2012 di universitas sebelas maret Solo jurusan Teknik Sipil, saat ini bekerja di Dinas Cipta Karya Kota Batam sebagai Kepala Seksi Pembangunan Bangunan Gedung.***(Rinto)