Suasana aksi tiba-tiba berlangsung panas saat mahasiswa ingin masuk rumah dinas gubernur. Pengunjuk rasa dihadang puluhan anggota Satpol PP dari dalam gerbang. Seorang mahasiswa mencoba bernegosiasi untuk masuk ke komplek Gubernuran. Namun Kepala Satpol PP Provinsi Riau Mukhtar Amin menolak keinginan mereka walaupun pengunjuk rasa menjamin tidak melakukan tindakan anarkistis.
“Kami hanya ingin menyampaikan aspirasi. Kenapa tidak diizinkan. Bapak berpihak pada rakyat atau gubernur,” tegas pengunjuk rasa.
Mukhtar Amin tetap melarang mahasiswa masuk ke kediaman Gubernur Riau. Akibatnya, massa mendobrak pintu gerbang. Namun, setelah itu mereka meninggalkan kediaman dan melanjutkan aksi ke kantor Gubernur Riau, Jl Sudirman.
Suasana aksi di depan gerbang kantor gubernur juga memanas. Mahasiswa terlibat saling dorong dengan Satpol PP di depan gerbang. Pengunjuk rasa minta Gubernur Riau Rusli Zainal menemui mereka. Namun pejabat yang hadir hanya Asisten I Pemerintah Provinsi Riau Abdul Latief.
“Kami tidak mengundang Abdul Latief. Yang seharusnya hadir disini Rusli Zainal,” tegas mahasiswa.
GMPDP menyatakan Gubernur Riau melakukan intervensi terhadap Pelaksana Tugas Wali Kota Pekanbaru dan KPU Pekanbaru untuk memenangkan istrinya Septina Primawati dalam pemilukada.
“Rusli sudah merusak Riau. Sekarang Pekanbaru mau diobok-obok. Buktinya, berbagai cara dilakukan untuk memenangkan pemilukada. Inilah bentuk pengangkangan demokrasi,” tegas mahasiswa.
Pengunjuk rasa akhirnya membubarkan diri dengan tertib. Namun mereka mengancam akan menggelar aksi serupa dengan massa lebih banyak. (asr)