Kakan Kemenag Rohul : Sudahkah Kita Berubah Pasca Ramadhan

Drs H Ahmad Supardi Hasibuan MA
Drs H Ahmad Supardi Hasibuan MA

Rokan Hulu (SegmenNews.com)– Hari Raya Idul Fitri adalah hari Raya kemenangan bagi umat Islam, yang telah dengan sukses berperang melawan hawa nafsu selama satu bulan penuh, yaitu dengan melaksanakan ibadah puasa Ramadhan. Melawan hawa nafsu, adalah sebuah perang besar, melebihi dahsyatnya perang Badar.

Idul fitri secara harfiah adalah kembali kepada fitrah, yaitu kesucian sebagaimana digambarkan dalam salah satu hadist Nabi: “Barang siapa yang melaksanakan ibadah puasa Ramadhan dengan iman dan mengharap ridha Allah SWT, maka diampunkan segala dosanya yang telah lalu, sehingga ia menjadi orang sebagaimana ketika dilahirkan oleh ibunya”.

Demikian disampaikan Kakan Kemenag Rohul Drs H Ahmad Supardi Hasibuan MA, kepada wartawan di kantornya, Jalan Ikhlas Kompleks Perkantoran Pemerintah, Kota Pasir Pengaraian, Jum’at (8/8/2014).

Dikatakannya, setiap makhluq Allah yang melaksanakan puasa, dipastikan mengalami perubahan, sebagai contoh induk ayam, puasa selama mengerami telurnya. Dengan puasanya itu, memudahkan baginya mengerami sekaligus menetaskan telurnya, sehingga dia mendapatkan anak keturunannya.

Hal yang sama juga dilakukan oleh ular. Ular ketika hendak berganti kulit, supaya penampilan dan gerakannya lebih lincah, maka sang ularpun melaksanakan puasa. Tanpa puasa, maka ularpun tak dapat berganti kulit. Jika tak berganti kulit, maka penampilannya tidak cantik dan gerakannyapun tidak lincah.

Begitu juga kepompong yang berasal dari ulat melata yang jelek lagi menjijikkan dan bahkan tidak disukai manusia. Ulat melaksanakan puasa, dengan menggulungkan dirinya kedalam daun, sehingga dia berubah jadi kepompong, kemudian menjadi kupu-kupu cantik.

Ahmad Supardi mengatakan, Orang yang melaksanakan ibadah puasapun seperti itu. Jika puasanya benar-benar dilakukan sesuai ketentuan hukum Islam, maka pelakunya akan berubah, lahir menjadi manusia baru yang berbeda dengan sebelumnya, dengan predikat insane muttaqien.

Pertanyaannya sekarang adalah Sudahkah kita berubah menjadi insan baru? sebagaimana halnya induk ayam dengan melahirkan generasi baru, ular yang menjadi baru dan berpenampilan baru, dan bahkan ulat menjadi binatang baru. Tentu hanya kita sendiri yang dapat menjawabnya, jelas Ahmad Supardi.***(rls)