Kisah Perjuangan Veteran Asal Rokan Hulu

veteranRokan Hulu(SegmenNews.com)- Tak terasa, 70 tahun sudah Indonesia merasakan nikmatnya kemerdekaan. Namun banyak yang belum tahu bahwa kemerdekaan yang dirasakan bangsa indonesia saat ini, bukanlah hadiah, namun didapatkan dan di Pertahankan dari perjuangan menumpahkan darah dan mengorbankan Nyawa.

Meski sudah 70 tahun berlalu, namun kenangan masa-masa pahit perjuangan mempertahankan kemerdekaan itu masih teringat jelas oleh dua veteran perang asal Rohul Muhtar hasibuan, dan Abdul manaf.

Abdul manaf lahir di pasirpengaraian pada tahun 1927, sementara Rekan seperjuanganya Muhtar Hasibuan bahkan sudah lupa kapan dirinya dilahirkan. Meski tubuh mereka mulai renta serta pendengaran yang sudah tidak lagi normal, karena faktor usia, namun ingatan dua veteran ini, tentang bagaimana pahitnya perjuangan tidak bisa mereka lupakan dan sudah menjadi catatan sejarah penting dalam kehidupan mereka.

Abdul manaf menceritakan bahwa dirinya ikut berperang pada masa Agresi Belanda I tahun 1947 dan agresi Belanda ke II tahun 1948 yang diboncengi NICA.

Awalnya dirinya dan muhtar hasibuan adalah pasukan yang dilatih jepang dalam pasukan Khusus Heiho tahun 1942. ketika Indonesia merdeka pada tanggal 17 Agustus tahun 1945 Pasukan Heiho dibubarkan dan kemudian Abdul Manaf bergabung dalam dalam Badan Keamanan Rakyat (BKR) yang dibentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Pasca perang dunia kedua tepatnya Tahun 1948 Belanda datang ke Pekanbaru melalui sumbar dan Batang siak.kedatangan Belanda ke Pekanbaru. bertujuan untuk melucuti senjata jepang, yang menyerah pada sekutu setelah 2 kota pentingnya Nagaski dan Hirosima hancur di Bom Atom oleh Belanda.

Abdul manaf tahu betul bahwa alasan belanda yang di boncengi NICA, masuk ke indonesia pasca perang dunia ke II untuk melucuti senjata jepang yang menyerah kepada sekutu setelah kota nagasaki dan Hirosima di Bom Atom oleh sekutu adalah sebuah Kebohongan Besar, dan alasan untuk kembali menjajah indonesia.

“Alasan belanda untuk melucuti senjata Jepang itu bohong karena saat masuk senjata Jepang sudah dibuang” ungkap Abdul manaf.

Kemudian, Abdul Manaf berserta Ratusan Anggota BKR dari Rohul kemudian dipanggil ke pekanbaru untuk berjuang menghadapi Belanda. Di Pekanbaru, mereka bergabung dengan Ribuan anggota BKR yang dipimpin oleh komandan batalion IV Arifin Achmad.

Saat menuju pekanbaru Ratusan Pasukan BKR dari Rohul saat itu hanya dibekali Semnagat mengabdi untuk mempertahankan ibu pertiwi dari Agresor belanda, serta bebekal sedikit makanan. Merke penuh semangat, berjalan kaki menuju pekan baru selama satu hari.

kondisi jalanpun saat itu masih merupakan jalan setapak yang tidak bisa dilalui oleh kendaraan. Ratusan para pejuang asal Rohul ini kemudian dijeput di Rantau berangin untuk di antar ke pekanbaru dengan menggunakan Truck militer sisa jepang.

Sesampainya di Pekanbaru para pejuang kemudian dihadapkan dengan pertempuran dengan kekuatan yang tidak seimbang. Penjajah Belanda, menggunakan senjata Canggih serta dilengkapi Pesawat terbang untuk memborbardir kekuatan pejuang. Sementara pejuang hanya memiliki senjata seadanya. Tidak hanya dipekanbaru, pertempuran juga terjadi di Sungai Apit dan Siak Sri indrapura.

Meski tidak seimbang tidak sedikitpun menciutkan nyali para pejuang untuk melawan Agresor Belanda. Pertempuran dahsyatpun terjadi selama berhari-hari sehinga kota pekanbaru yang saat itu hanya memiliki luas 6 meter persegi menjadi lautan api.

Meski berbekal senjata seadanya, para pejuang memberikan perlawanan sengit kepada penjajah, bahkan hebatnya lagi salah seorang pejuang yakni Muhtar Hasibuan, berhasil menambak jatuh pesawat belanda sehingga menyebabkan awak pesawat itu tewas.

“Sewaktu pesawat itu terbang rendah saya langsung brondong pelor (peluru-Red) senjata saya ke Sayap pesawat itu dan kemudian pesawat itu jatuh, ketika jatuh saya langsung lempar granat, sehingga 9 orang tentara belanda tewas” ujar Muhtar Hasibuan.

Pertempuran dahsyat yang terjadi di kota pekanbaru inipun banyak memakan korban jiwa baik dari pihak musuh ataupun pejuang. tiga pejuang asal rokan hulu yaitu buyung ganting asal pasir jambu, Tengku Anwar asal kepenuhan dan Pratu Husein asal Tanjung Belit juga gugur dalam pertempuran tersebut.

“Sampai sekarang saya masih ingat kawan baik saya yaitu buyung ginting asal pasir jambu dan tengku anwar asal kepenhuhan mati ditembak belanda di bagian kepala di Rantau berangin, sementara kawan saya lainya Pratu Husein gugur Kuansing,” kenang Abdul manaf.

Akhirnya Pada tanggal 27 desember tahun 1948, terjadilah gencatan senjata antara belanda dan NKRI. Setelah gencatan senjata itu, Abdul manaf, Muhtar Hasibuan serta ke sepeluh Veteran lainya di izinkan pulang ke Rokan Hulu untuk melihat keluarga.

Abdul manaf dan Muhtar Hasibuan juga mengaku prihatin melihat generasi muda saat ini yang seakan lupa akan bagaimana perjuangan bangsa ini dalam memperjuangkan dan mempertahankan kemerdekaan.

” Saya lihat genarasi muda sekarang itu, sudah tidak lagi peduli akan sejarah bagaimana awalnya kemerdekaan itu di dapatkan, mereka larut dalam kemewahan sehingga mereka lupa jati diri bangsa mereka sebagai bangsa pejuang” tutur kedua veteran ini.

Abdul manaf dan Muhtar hasibuan adalah setitik contoh begitu besarnya keikhlasan para pejuang dalam mengabdi kepada bangsa dan negaranya. Meski memiliki kontribusi besar terhadap sejarah bangsa ini, mereka tidak pernah sedikitpun mengharapkan pamrih terhadap apa yang telah mereka berikan.

Bagaimana dengan generasi muda sekarang..? tentunya hal ini harus menjadi pelajaran, bagi para generasi muda, untuk selalu menghargai sejarah bangsanya, karena bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai sejarah.***(rie)