Keluarga Korban Berharap Evakuasi Aviastar Cepat

tempo.co
tempo.co

SegmenNews.com- Pasca keluar informasi ditemukannya Pesawat Aviastar MV 7503 di pegunungan Latimojong di Kabupaten Luwu, Sulawesi Selatan, keluarga Muhammad Natsir Lawa, (56 ) salah satu penumpang pesawat nahas itu belum merencanakan acara takziah.

Marlina, (33), putri sulung Muhammad Nasir Lawa yang tidak lain adalah Kepala Otoritas Bandara (Otban) Seko, Kabupaten Luwu Utara, saat ditemui di kediaman orangtuanya di Kompleks Perhubungan PT Angkasa Pura I, Jalan Merpati, Blok H 6 No 22 mengatakan, mereka belum akan menggelar acara.

Keluarga mengaku belum akan menggelar takziah, karena menunggu proses evakuasi orangtuanya dari lokasi jatuhnya pesawat.

“Kami pasrah apa pun ketentuannya. Kami berharap evakuasi dari tim SAR berlangsung cepat,” ujar Marlina didampingi ibunya, Tumina, (54), Selasa, (6/10/2015).

Putri sulung korban pesawat jatuh yang sebelumnya dilaporkan hilang ini mengatakan, Rusdiyanto, (29), adik keduanya saat ini sudah berada di Lanud Hasanuddin.

Rusdi menunggu kedatangan jenazah orangtuanya dari Luwu. Sementara Marlina tidak kuasa menahan arus air matanya saat ditanya kesannya terhadap orangtuanya. “Bapak itu humoris,” tutur Marlina dengan sedikit terisak.

Dikutip dari tempo.co, tim evakuasi jenazah gagal mencapai lokasi jatuhnya pesawat Aviastar di Gunung Bajaja, Dusun Gamaru, Desa Ulusalu, Kecamatan Latimojong, Kabupaten Luwu, Sulawesi Selatan. Mereka kelelahan. Tim harus berjalan kaki ke lokasi jatuhnya pesawat Aviastar dengan medan terjal. Apalagi mereka hanya berbekal gula merah dan air mineral.

“Air mineral yang kami bawa tidak cukup, sementara tidak ada suplai makanan dari posko induk di Dusun Gamaru,” kata Abdullah, anggota tim SAR, Selasa, 6 Oktober 2015.

Tim yang berangkat sejak pukul 06.30 Wita itu hanya mampu mencapai Posko 1. Dari Posko 1 menuju titik jatuhnya pesawat masih butuh waktu tiga jam. (Lihat video Kronologi Pesawat Aviastar, Dari Bandara Andi Jemma Hingga Ditemukan di Luwu Selatan)

“Kami tidak bisa paksakan untuk sampai ke lokasi pesawat, bekal habis dan tidak ada lagi air minum. Kami harus kembali, apalagi kondisi di puncak sudah mulai gelap karena tertutup kabut,” ujar Abdullah.

Dia memperkirakan evakuasi jenazah jika melalui jalur darat membutuhkan waktu lama karena jenazah harus ditandu dan melewati medan terjal. “Medannya lebih sulit dari latihan tentara karena menanjak sampai 4 kilometer dan tidak ada tanah datar,” tuturnya.

Kepala Basarnas F.H. Bambang Sulistiyo mengatakan pihaknya berupaya mengevakuasi jenazah melalui udara. Timnya akan meninjau kondisi lokasi jatuhnya pesawat. “Jika memungkinkan, kita akan evakuasi melalui jalur udara saja, langsung diterbangkan ke Makassar,” ucap Sulistiyo.

Di Dusun Gamaru, pukul 13.20 Wita, sudah mulai berkabut. Kondisi ini akan semakin menyulitkan proses evakuasi. Bupati Luwu Andi Mudzakkar mengerahkan semua laki-laki dewasa di Desa Ulusalu dan Desa Tulaju untuk ikut mengevakuasi jenazah.***

Red: hasran
Sumber:okezone.com