Wujudkan Nilai Filosofi Negeri Seribu Suluk, Rohul Butuh 38 Ponpes

Ahmad Supardi
Ahmad Supardi

Rokan Hulu(SegmenNews.com)- Untuk mewujudkan nilai Filosofi Negeri Seribu Suluk, Kabupaten Rokan Hulu (Rohul), membutuhkan sebanyak 38 lembaga pendidikan Pondok Pesantren (Ponpes), sebab rata-rata kader dari surau-surau suluk sudah lanjut usia, jadi lulusan sekolah inilah yang akan melanjutkannya.

Penegasan ini disampaikan, Kepala Kantor Kementerian Agama (Kakakan Kemenag), Rohul, Ahmad Supardi Hasibuan, di ruang kerjanya, Rabu (6/1/16).

Katanya, kini Rohul ada sebanyak 14 pesantren yang sudah beroperasi, jika dilihat kondisi di lapangan, kabupaten ini memiliki 16 kecamatan, berarti ada kekuarangan dua kecamatan lagi,  seharusnya dalam setiap kecamatan itu meskinya ada 3 pondok pesantern.

” Sesi positifnya, anak santri/wati ini mereka mengusai ilmu agama dengan bahasa agama ini yakni bahasa arab, karena mereka mempelajari kita kuning, secara prinsip seluruh pesantern di Rohul itu cukup bagus, hampir  tidak ada pesantern yang tidak ada murid, bahkan ada tiga rombongam sekolah,” tuturnya.

Lanjutnya, termasuk di kota-kota besar, masyarakat lebih dominan memasukkan anaknya ke pesantern, karena dari sisi pembinaan para anak-anak pesantern terakomodir selama 24 jam, sebab adanya sistem asarma, sampai tidurnyapun diatur, tidak itu saja kenekalan remaja sangat efektif untuk menghindarinya.

“Kalau di sekolah umum proses pembelajaran itu hanya sebentar, kemudian baru tinggal di rumah jadi kalau tidak ada kontrol dari orang tuanya, anak-anak itu rentan dengan pergaulan bebas,  disamping itu di lembaga pendidikan pesantern itu juga mengedepankan  kompetensinya, makanya kalau penerimaan masyarakat  terhadap lulusan jauh lebih baik,” imbuhnya.

Jelasnya, mereka bisa pengurus jadi pengurus masjid, karena mereka  punya skil di situ, seperti bisa jadi imam masjid, azan, tukang doa, ceramah agama, tammatannya bisa menjadi tokoh non formal di masyarakat, tempat orang bertanya, ustadz atau guru langsung bagi masyarakat dan lainnya, ini bisa dilihat dari lulusan tersebut ada ketarmapilan yang langsung dibutuhkan masyarakat.

Ahmad Supardi Hasibuan, membenarkan kepedulian, dan perihatian pemerintah masih sangat perlu untuk ditingkat, termasuk perhatian dana pendidikan, supaya diposkan,  sebab dari anggaran APBD Rohul Rp  1, 5 triliun sebesar 20 persen untuk biaya pendidikan, jika dikalkulasikan sekitar Rp 300 Mliliyar, jadi bisa saja  sekitar Rp 60 m untuk bantuan pesantern dan madrasah, sebab lembaga ini juga berhak, karena  pondok pesantern termasuk konteks pendidikan nasional.

“Ini kita berharap kepada Bupati Rohul nanti supaya dialokasikan untuk pendidikan pondok pesanter, sebab selama ini banyak anak-anak pesantern yang berperstasi, bahkan diterima beasiswa di luar negeri seperti di Mesir, itu murid-murid Ponpes Darussalam-Kabun, secara tidak langsung mereka menjadi duta-duta daerah atau bangsa ini di luar negeri,” paparnya.

Tidak itu saja, sambung Kakan Kemenag Rohul, jika dilihat pada tahun 2015 lalu, lulusan madrasah sekita 85 persen diterima di Perguruan Tinggi Negeri (PTN), cuma 15 persen di kampus swasta yang tidak diterima, malah menjadi tokoh masyarakat.

“Kemudian dari data kita rata-rata pesantern itu milik yayasan dan pribadi (keluarga), ini cukup kita apresiasi, anak-anak kita di pesanatern itu dijari keterampilan menjahit, ternak ikan, membuat pupuk, membuat bibit kelapa sawit dan lainnya, jadi anak tersebut  bisa menyelesaikan urusan dunia dan akhirat,” ungkapnya.

Tambah, Kakan Kemenag Rohul, mengingat perkembangan zaman saat ini terjadi pergaulan bebas, kenakalan remaja dan lainnya, pemerintah perlu membuat kantong-kantong kebaikan, sehingga bisa meminimalisir terjadi kejahatan-kejahatan khususnya generasi muda, karena secara prinsip pembinaannya di bawah kementerian agama, namun mereka masyarakat Rohul, jadi stake holder harus bertangung jawab untuk kelangsungannya.

“Anak-anak dibina dan diberdayakan, meskipun sebenarnya pendidikan dipesantern rata-rata anak-anak harus bisa sendiri, tapi seperti pesantern yang ada di Kepenuhan, itu pihak yayasan sudah bisa menggeratiskan biaya murid-muridnya, karena lembaga tersebut supaya punya pendapatan tersendiri,” pungkasnya.***(fitri)