Pekanbaru(SegmenNews.com)-Sejak maraknya pemerintah daerah mengeluarkan izin perkebunan dan pertambangan, dari 9,2 juta hektar hutan Riau hanya tersisa sekitar 1,8 hektar lagi menjadi kawasan hutan lindung. Selebihnya sudah menjadi kawasan perkebunan dan pertambangan.
Sementara jenis tanaman adalah berlawanan dengan kultur tanah di Riau, yakni Kelapa Sawit dan Akasia. Dimana tanaman ini akan merusak serat tanah, sehingga kondisinya tidak normal untuk menghadapi kondisi cuaca yang biasa terjadi disini.
Untuk itu, Sekretaris Komisi A DPRD Riau Suhardiman Amby meminta kepada penegak hukum dan instansi terkait menutup 180 Pabrik Kelapa Sawit (PKS) yang ada di Riau. Supaya fungsi hutan dapat dikembalikan lagi seperti semula.
“Kunci untuk menghindari bencana alam seperti banjir dan kebakaran hutan adal dengan menutup 180 PKS yang ada. Kemudian dikembalikan fungsi hutan, supaya ada serapan air, sehingga tidak adalagi bencana banjir dan kebakaran hutan di Riau,” kata Suhardiman, Kamis (11/2/16).
Diakui, dalam RTRW sudah diusulkan Pemerintah Provinsi untuk membebaskan lahan menjadi kawasan hutan sekitar 2,7 hektar, tetapi pusat hanya menyetujui sekitar 1,6 hektar. Jadi pemulihan hutan belum juga menjadi bagus.
Selain itu, sekarang masih ada sekitar 3 hektar kawasan hutan gundul. Sementara kawasan ini belum ada dimanfaatkan pengusaha untuk melakukan penanaman jenis tanamannya.
Otomatis, akibat hutan gundul juga akan dapat menyebabkan berbagai bencana. Salah satunya banjir dan kekeringan sumber mata air.
Sebelumnya, Menteri Kehutanan dan Lingkungan Hidup, Siti Nurbaya sudah berjanji akan memperjuangkan nansib rakyat Riau untuk mengembalikan fungsi hutan. Tetapi sampai sekarang belum ada terlihat reaksi yang jelas.
Meski demikian, Suhardiman Amby meminta kepada instansi terkait untuk mengambil kebijakkan menutup PKS supaya tidak ada lagi pengusaha menanam sawit. Selagi ada PKS maka orang akan tetap menanam sawit, dan kehancuran tanah di Riau dapat bertambah luas.
“Kalau PKS tidak ditutup, maka Riau akan tenggelam dua atau tiga tahun kedepan. Karena orang akan semakin ramai melakukan penanaman sawit, maka kerusakan tanah juga akan semakin tinggi,” tegasnya.***(Alin)