Tasikmalaya Diguncang Gempa, Fenomenanya Langka

Ilustrasi
Ilustrasi

Jakarta (SegmenNews.com)- Sebagian besar wilayah selatan Jawa diguncang gempabumi tektonik dengan kekuatan 5,1 skala richter, pada Jumat (15/7/2016) dini hari.

Pusat gempabumi ini terletak pada koordinat 10.60 lintang selatan (LS) dan 107.95 bujur timur (BT), tepatnya di Samudera Hindia pada jarak sekitar 330 kilometer selatan Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat atau pada jarak 159 kilometer arah timur Pulau Christmas, pada kedalaman hiposenter 10 kilometer.

Berdasarkan hasil analisis peta tingkat guncangan (shake map) BMKG, dampak gempabumi ini menimbulkan guncangan pada Skala Intensitas Gempa Bumi BMKG I (SIG-BMKG) atau II skala intensitas Modified Mercally Intensity (MMI) di hampir seluruh wilayah Jawa bagian selatan dari Malingping, Pelabuhan Ratu, Pangandaran, Cilacap, Kebumen, Yogyakarta, Pacitan, hingga Malang.

Gempa bumi ini tercatat dengan baik oleh peralatan BMKG dan di berbagai daerah tersebut beberapa orang dilaporkan merasakan adanya guncangan gempabumi.

“Meskipun dampak gempa bumi tidak signifikan, tetapi peristiwa gempa bumi ini ditinjau dari zona seismogeniknya termasuk gempabumi langka. Gempa bumi yang terjadi merupakan jenis gempabumi dangkal di luar zona subduksi (outer rise), sehingga gempabumi ini menarik bagi para ahli kebumian,”ujar Kepala Bidang Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami BMKG, Daryono kepada okezone.

Daryono menambahkan, jika kita memperhatikan letak episenternya, tampak bahwa pusat gempabumi ini berasosiasi dengan dinamika tektonik di zona outer rise selatan Jawa yang mengalami tarikan Lempeng Indo-Australia di luar zona subduksi. Mengingat gaya yang bekerja berupa tarikan lempeng, maka relevan jika mekanisme sumber gempa bumi yang terjadi adalah penyesaran turun (normal fault).

“Peristiwa gempa bumi di luar zona subduksi memang tergolong langka. Di selatan Jawa, gempa bumi semacam ini pernah terjadi pada 11 September 1921 dengan kekuatan M=7,5. Laporan Visser (1922) menunjukkan bahwa spektrum guncangan gempa bumi saat itu mencapai jarak sejauh 1.500 kilometer. Di barat, guncangan dirasakan hingga Krui, Lampung dan di timur hingga Taliwang, Sumbawa,” papar Daryono.

“Di wilayah antara Cilacap dan Blitar dilaporkan banyak bangunan tembok mengalami retak-retak dan roboh. Menurut Soloviev dan Go (1984), gempabumi outer rise Jawa 1921 memicu terjadinya tsunami kecil yang teramati di Parangtritis hingga Cilacap,” lanjutnya.

Alhasil, Daryono mengaku gempa dini hari tadi patut disyukuri, meski berpusat di laut dengan mekanisme sesar turun, tetapi tidak menimbulkan tsunami. Hal tersebut lantaran kekuatannya tidak mendukung adanya perubahan dasar laut yang signifikan untuk memicu terjadinya tsunami.

“Dari hasil monitoring BMKG selama satu jam paska gempa bumi belum terjadi gempa bumi susulan. Untuk itu masyarakat pesisir selatan Pulau Jawa dihimbau agar tetap tenang mengingat gempa bumi yang terjadi tidak berpotensi tsunami,” tandasnya. (okz)