Ini Makna Tepung Tawar Wakapolri, Syafruddin, oleh Lembaga Adat Melayu Riau…

Wakapolri disambut tari persembahan
Wakapolri disambut tari persembahan

 Pekanbaru (SegmenNews.com) Wakapolri, Komjen Pol Drs Syafruddin, Sabtu (12/11/2016), ditepungtawari oleh Lembaga Adat Melayu Riau, sebelum meresmikan kenaikan status Polda Riau dari tipe B menjadi Tipe A.

Proses tepung tawar dimulai oleh Datuk Okani Zamil, disusul Datuk Seri Al Azhar, Ketua Harian Lembaga

Adat Melayu Riau, kemudian H T Lukman Jaafar, Ketua Harian LAM Riau Majelis Kerapatan Adat Riau. Muhammad Ali Nur Ketua Bidang Agama LAM Riau.

Kabid Humas Polda Riau, AKBP Guntur Aryo Tejo, mengatakan, acara prosesi tepung tawar adalah sebuah prosesi adat Melayu yang selalu dijalani oleh mayoritas pejabat manapun yang datang ke wilayah Riau.

“Prosesi tepung tawar ini adalah prosesi yang selalu kita lakukan sebagai bagian penghormatan pada tamu tamu Polda Riau yang datang termasuk pada Komjen Pol Syafruddin” ujar AKBP Guntur menjelaskan.

Prosesi tepung tawar dilaksanakan oleh alim ulama, cerdik pandai dan tetua adat Melayu di wilayah Riau.

Dikutip dari Said Sirajuddin, pada wi-iki blogspot yang bersumber dari majelismelayuriau, disebutkan Tepuk Tepung Tawar adalah suatu adat di negeri-negeri Melayu, khusunya di Kepulauan Riau yang hidup dan berkembang dalam masyarakat sejak masa raja-raja dahulu hingga saat ini.

Upacara tepung tawar ini sebenarnya diadopsi dari Ritual Hindu yang sudah lebih dulu dianut masyarakat Indoensia. Ketika para pedagang dari Gujarat dan Hadralmaut membawa ajaran Islam ke kawasan ini sekitar abad ke-7 masehi, mereka berhadapan dengan kepercayaan animisme (kepercayaan pada kehidupan roh) dan dinamisme (kepercayaan pada kekuatan gaib benda-benda) yang direstui agama Hindu. Kepercayaan ini sangat kuat disetiap lapisan masyarakat saat itu.

Salah satunya adalah upacara tepuk tepung tawar, upacara ini menyertai berbagai peristiwa penting dalam masyarakat, seperti kelahiran, khitanan, perkawaninan, pintu rumah, pembukaan lahan baru, jemput semangat bagi orang yang baru luput dari mara bahaya, dan sebagainya.

Dalam perkawinan, misalnya, Tepuk Tepung Tawar adalah simbol pemberian dan do’a restu bagi kesejahteraan kedua pengantin, disamping sebagai penolak bala dan gangguan.

Orang tua-tua mengatakan:

Yang disebut Tepuk Tepung Tawar

Menawar segala yang berbisa

Menolak segala bencana

Mendinding segala bala

Menepis segala bahaya

Dalam adat Istiadat Melayu, Tepung Tawar artinya untuk menghapuskan atau membuang segala penyakit. Sumber lain menyebutkan tepung tawar dilakukan sebagai perlambangan mencurahkan rasa kegembiraan dan sebagai rasa syukur atas keberhasilan, hajat, acara atau niat yang akan atau yang telah dapat dilaksanakan, baik terhadap benda bergerak (manusia) maupun benda mati (yang tidak bergerak).

Adapun peralatan atau kelengkapan tepung tawar yang digunakan oleh masyarakat Melayu secara garis besar terdiri dari tiga bagian pokok, yaitu:

– Ramuan Penabur

– Ramuan Rinjisan

– Pedupaan (perasapan)

RAMUAN PENABUR

Di atas wadah terletak sepiring beras putih, sepiring beras kuning, sepiring bertih dan sepiring tepung beras, sebagai pelambang sebagai berikut :

– Beras putih = kesuburan dan pembasuh diri dari yang kotor.

– Beras Kuning = kemuliaan, kesungguhan dan keagungan.

– Bertih = perkembangan, perlambang rezeki yang tumbuh dari bumi dan dari langit.

– Bunga Rampai = Melambangkan wanginya persahabatan, manisnya persaudaraan, dan harumnya keakraban.

– Tepung beras = kebersihan hati.

– Arti keseluruhan dari bahan-bahan di atas adalah kebahagiaan.

RAMUAN RINJISAN

Sebuah mangkuk putih (kalau dulu tempurung kelapa puan) berisi air biasa, segenggam beras putih dan sebuah jeruk purut yang telah di iris-iris. Tempat/wadah tepung tawar disebut ampar artinya bumi.Di dalam mangkuk tersebut juga diletakkan sebuah ikatan daun-daunan yang terdiri dari 7 macam daun, yaitu :

– Daun Kalinjuhang/jenjuang (tumbuhan berdaun panjang lebar berwarna merah). Melambangkan penolak bala dan menjauhkan dari hantu, setan serta iblis yang mengganggu masyarakat serta pembangkit semangat juang yang tinggi.

– Tangkai pohon pepulut/setawar (tumbuh-tumbuhan berdaun tebal bercabang). Ini melambangkan sebagai penawar (obat) segala yang berbisa, bisa laut, bisa bumi dan membuang segala sesuatu yang jahat.Daun ini juga bermakna memulihkan sesuatu yang rusak atau yang sakit.

– Daun Gandarusa (tumbuhan berdaun tipis berbentuk lonjong).Daun ini bermakna, berjuang untuk menahan sesuatu penyakit yang akan datang masuk ke suatu daerah. Daun ini juga merupakan daun penangkal musuh dari luar, penangkal dari dalam, penangkal sihir dan serapah, penangkal segala kejahatan yang dibawa setan lalu.

– Daun ribu-ribu (Tumbuhan melata berdaun kecil bercanggah).Fungsinya sebagai pengikat diantara daun-daun tersebut, maknanya untuk mengikat segala penyakit yang datang dan penguat kesatuan dan kebersamaan serta penguat semangat.

– Daun Keduduk/Senduduk. Maknanya segala penyakit yang datang didudukkan atau ditaklukkan dan dilumpuhkan.

– Daun sedingin, Daun ini bermakna akan memberikan kesejukan,ketengan dan kesehatan.

– Pohon sembau dengan akarnya.Pohon yang memiliki akar yang liat dan sukar dicabut, mengingatkan kita pada kekuatan dan keteguhan.

Maka ketujuh macam tumbuhan tersebut diatas melambangkan suatu seruan atau do’a tanpa suara untuk kesempurnaan orang yang ditepung tawari.

Ketujuh daun tersebut diikat dengan akar atau benang jadi satu berkas kecil sebagai rinjisan. Adapun arti dari bahan-bahan di atas adalah sebagai berikut :

– Mangkuk putih berisi air putih bermakna kejernihan.Kadang ada juga yang menggunakan air mawar, yang terbuat dari aneka daun-daunan yang beraroma wangi seperti pandan, serai wangi, jeruk purut yang direbus dan airnya dijadikan air pecung.

– Beras atau bedak beras. Dibuat dari tepung beras yang diadun bersama larutan wewangian alami dari tumbuh-tumbuhan yang mempunyai makna sebagai pendingin, peneduh kalbu, dan kesuburan.

– Limau purut yang diiris tipis, yang mempunyai makna sebagai pemberi kekuatan dan kesabaran sekaligus membersihkan. Secara keseluruhan diartikan sebagai Keselamatan dan Kebahagiaan.

Ketiga peralatan ini diaduk menjadi satu dalam satu wadah dan direnjis dengan menggunakan gabungan alat penepuk yang terdiri dari dedaunan tersebut.(Hasran/berbagai sumber)