Awal-awal bertugas dulu tahun 2008 menggunakan kapal pompong dari kampung Kayu Ara menuju Teluk Lanus memakan waktu kurang lebih 9 jam, itu pun tidak setiap waktu ada.
Terkadang melawan gelombang besar dan juga badai yang bikin “sport jantung”.
Mengajar di daerah permukiman terpencil dan tertinggal, merupakan tantangan tersendiri bagi Sahri.
Bapak tiga anak ini dihadapkan pada berbagai persoalan, situasi, dan kondisi yang cukup sulit. Antara lain geografis, sosial, ekonomi, budaya, komunikasi dan transportasi.
Sedangkan di sisi lain, dalam menjalankan tugasnya guru dituntut sebuah tanggungjawab, loyalitas, serta semangat tinggi atas pengabdian. Semuanya ia tempuh demi pengabdian mencerdaskan generasi masa depan bangsa.
Bangunan sekolah dasar menjadi satu dengan sekolah menengah pertama (satu atap), yang dibangun oleh pemkab Bengkalis, dengan berbentuk bangunan panggung. Setelah Siak pisah dari Bengkalis, barulah bangunan sekolah tersebut direnovasi menjadi permanen.
Sahri mengakui, sebagai guru yang mengabdi di daerah terpencil, ia mendapatkan penghidupan yang layak. Pemerintah kabupaten Siak telah cukup memerhatikan kondisi dan kesejahteraan guru di daerah tersebut.