Pekanbaru(SegmenNews.com)- Gerakan Riau Merdeka Asap (GRMA) Pekanbaru, mendeklarasikan “Riau Merdeka Asap”, sebagai bentuk gerakan moral, agar tidak terjadi lagi permasalahan asap yang selalu muncul setiap tahun di Riau.
Kegiatan yang juga bersempena dengan agenda seminar asap bertajuk “Riau haze pollution leading to the violation of fundamental human rights to life and health” ini, diketuai oleh Dokter Feriandri Utomo, M.Biomed. Menurut Feri, bencana asap di Riau adalah bencana menahun, artifisial, non konvensional dan sangat sulit dimitigasi. “Bencana ini sudah kita alami selama 22 tahun,” katanya.
Sejak 1997, kata Feri, Rakyat Riau sudah dijajah oleh asap. Karena itu, gerakan Riau Merdeka Asap merupakan kelanjutan dari Gerakan Riau Melawan Asap pada 2015 lalu. “Ini adalah gerakan lanjutan dari tahun 2015, yaitu Riau Melawan Asap,” ucapnya.
Selain itu, Feri mengungkapkan, gerakan ini bertujuan untuk mengingatkan pemerintah dan stakeholder agar serius menangani kebakaran hutan di Riau. Mereka jangan hanya melihat hutan sebagai investasi, tapi hutan Riau merupakan paru-paru dunia yang tidak boleh dikuasai atau diperlakukan dengan semena-mena.
“Kami ingin mengingatkan agar pemerintah dan stakeholder, serius dan tidk memandang lingkungan serta hutan sebagai lahan investasi serta pemanfaatan saja. Lebih dari itu, mereka juga wajib menjaga kelestariannya ,” tegas Feri.
Dengan adanya gerakan ini, Feri berharapo, agar pemerintah mengutamakan isu asap sebagai isu strategis dibandingkan isu lainnya. Pasalnya bencana asap terus berlangsung setiap tahun dan menelan korban yang tidak sedikit serta mengganggu hubungan baik dengan negara tetangga.
“Ini harus diutamakan. Bencana asap, sudah sangat mengganggu masyarakat, serta menganggu hubungan baik antara Indonesia, Malaysia, Singapura dan negara terdekat lainnya. Asap ini terus saja berulang dan terus berulang, tanpa ada penyelesaian serius. Sementara Pemerintah hanya janji, janji lagi untuk menanganinya,” pungkas Feri.
Sebelum deklarasi yang berlangsung Jumat siang kemarin di Susiana Tabrani Hall, Jalan Bakti Pekanbaru, juga digelar diskusi yang menghadirkan dokter spesialis anak Ari Diansyah SpA M Biomed, Peneliti Internasional Dampak Asap Riau, Alfajri SIp, MIA, Dokter Spesialis Obgyn Dr Syamsul Bahri SpOG dan Praktisi Pendidikan Riau, Dr dr Susiana Tabrani MPd. Para pembicara mengetengahkan bagaimana dampak asap yang sangat membahayakan bagi kesehatan masyarakat.
Sementara Susi Tabrani dengan tegas menyebut, asap membuat masyarakat Riau menjadi bodoh dan merugikan pendidikan. “Kita sangat miris dengan kondisi asap saat ini. Riau yang kaya-raya, tapi takluk oleh asap. Menurut penelitian kami, waktu atau jam belajar anak anak se Riau sudah berkurang 34,2 persen karena asap. Mereka harus libur, harus berobat ke rumah sakit, bahkan ada yang meninggal dunia,” tegas Susi.
Susiana juga menjelaskan, anak-anak Riau terenggut haknya untuk mendapatkan pendidikan yang layak, bahkan hak untuk bernapas. Karena asap mengakibatkan menurunnya daya pikir dan kreativitas anak. “Asap ini menyebabkan menurunnya daya pikir. Terutama di bidang literasi, bahasa dan matematika,” ujar Susi.
Susi juga menilai, pemerintah sudah melakukan kezaliman terhadap anak bangsa dengan merenggut pendidikan mereka. Ketidakseriusan pemerintah menyebabkan hutan terbakar dan libur sekolah yang tak bisa dipastikan sampai kapan berakhir. “Pelajar kita kini bahkan tidak aman bernapas. Ini kezaliman yang paling zalim di negeri kita ini,” tambah Susi.
Usai penandatangan deklarasi, Dokter Feriandri Utomo membacakan petisi yang nantinya segera disebarluaskan tidak hanya di Riau dan tingkat nasional, tapi juga mancanegara. Sehingga dunia internasional tahu, bahwa Riau memang belum bisa lepas dari asap.
Acara ditutup dengan pentas musikalisasi puisi yang dibawakan Seniman Panggung Toktan; Dheni Kurnia, Syahfitra Harahap dan Qori Islami. Mereka menampilkan dua puisi masing-masing, Asap Masuk ke Rahim Hanum serta Talang di Langit Palestin.
Setelah pembacaan puisi ditampilkan profil sejumlah lembaga pendidikan di Yayasan Tabrani, bagi mahasiswa baru angkatan 2019 di Universitas Abdurrab. (rls)