SegmenNews.com– Ketua Umum Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono meminta kadernya untuk mewaspadai manuver ormas Perhimpunan Pergerakan Indonesia bentukan eks Ketum Demokrat Anas Urbaningrum. Hal itu disampaikan Wakil Ketua Umum Partai Demokrat Agus Hermanto, Rabu 23 Oktober 2013.
“Kami diminta berhati-hati, dan diminta menanggapi apa yang disampaikan anggota PPI. Kami melihat ada beberapa anggota PPI yang memusuhi Demokrat,” kata Agus. Arahan SBY agar elite dan anggota Demokrat angkat bicara soal ‘serangan’ PPI itu bertujuan agar masyarakat dan media mengetahui bahwa apa yang dilakukan oleh beberapa anggota PPI itu tidak benar.
Perbuatan tidak benar yang dimaksud Agus itu berkaitan dengan isu penjemputan paksa dan penculikan mantan Ketua Umum Demokrat Profesor Subur Budhisantoso oleh Badan Intelijen Negara. “Anggota PPI menuduh tanpa dasar (Prof Subur dijemput paksa BIN), bahkan tidak minta maaf. Itu kan tidak benar sama sekali,” kata Agus.
Anggota PPI yang dimaksud Agus adalah Juru Bicara PPI M Rahmad yang juga mantan Wakil Direktur Eksekutif Partai Demokrat. Rahmad mengatakan kepada peserta diskusi ‘Dinasti Versus Meritokrasi Politik’ di markas PPI Jumat lalu, 18 Oktober 2013, Prof Subur tak bisa hadir sebagai narasumber karena dijemput BIN. Informasi itu ia dapatkan dari pengurus PPI Sri Mulyono yang bertugas menjemput Subur. Selanjutnya beredar video di YouTube yang menyebut Prof Subur dijemput paksa BIN.
Pengurus PPI Sri Mulyono telah meminta maaf atas hal ini, namun Rahmad tidak bersedia minta maaf karena dia hanya menyampaikan informasi yang didapat dari Sri Mulyono.
Demokrat pun disarankan menempuh jalur hukum terkait isu penculikan Prof Subur. Menurut Agus, seluruh elite Demokrat amat kesal dengan PPI. “Tidak hanya Pak SBY yang kecewa, tapi kami semua di Demokrat. Kenapa PPI memberitakan hal yang tidak benar. Itu melukai Demokrat karena Pak Subur Budhisantoso itu mantan Ketum Demokrat,” ujar adik ipar Ani Yudhoyono itu.
Sebelumnya, Wakil Ketua Umum sekaligus Ketua Fraksi Demokrat Nurhayati Ali Assegaf mengusulkan agar PPI dibubarkan. “Katanya PPI didirikan untuk tujuan sosial budaya? Kalau menghantam Partai Demokrat dan Pak SBY terus, bubar saja karena sudah beda dengan tujuan pendiriannya,” kata dia.
Sementara Sekretaris Majelis Tinggi Partai Demokrat Jero Wacik mengatakan, arahan SBY sesungguhnya tak hanya ditujukan untuk menanggapi manuver PPI. “Arahannya tangkal semua gangguan dari luar partai,” kata Menteri ESDM itu.
M Rahmad selaku pihak yang menjadi sasaran terdepan kemarahan elite Demokrat mengaku heran kenapa bekas partainya begitu tak suka dengan PPI. “Kami merasa tersanjung pada elite Demokrat yang memikirkan serius soal PPI, apalagi kami baru lahir, bayi orok. Tapi saya juga heran kepada ada yang suka menjelek-jelekkan PPI. Kenapa seolah-olah menganggap PPI musuh,” kata Rahmad.
“SBY yang kami kenal mendukung berdirinya ormas, apalagi ormas yang memikirkan kemajuan bangsa. Jadi kenapa ada elite Demokrat yang justru ingin PPI dibubarkan,” ujar Rahmad. Soal isu penjemputan paksa oleh BIN, Rahmad dalam konferensi persnya Minggu malam 20 Oktober 2013 telah menegaskan hal tersebut tidak benar.
SBY sendiri belum mengeluarkan pernyataan langsung soal PPI. Namun beredar luas di kalangan wartawan DPR pesan singkat atau SMS SBY kepada elite Partai Demokrat yang menyebut Ketua PPI Anas Urbaningrum, jahat luar biasa.
“Jahat sekali, luar biasa. Sebenarnya saya tidak ingin melihat ke belakang. tapi pihak Anas terus-menerus menyerang dan menghantam saya dan Partai Demokrat. Setelah hampir tiga tahun saya mengalah dan diam, saatnya untuk saya hadapi tindakan yang telah melampaui batas itu,” demikian isi SMS tersebut.
Agus Hermanto membantah SMS itu berasal dari SBY. Menurutnya, SBY memang mengeluarkan arahan bagi elite dan kader Demokrat, tapi tidak disebarkan lewat pesan singkat. “Saya yakin tidak ada SMS seperti itu,” ujarnya dilansir vivanews.***(nur)