Pemkab Siak Bakal Tulis Perjalanan Hidup SSQ II, LSF Siap Bantu Filmkan

Bupati Siak Drs H Syamsuar MSi menyerahkan Cendera mata kepada Ketua Lembaga Sensor Film (LSF) Indonesia Dr Mukhlis Pa eni.
Bupati Siak Drs H Syamsuar MSi menyerahkan Cendera mata kepada Ketua Lembaga Sensor Film (LSF) Indonesia Dr Mukhlis Pa eni.

SIAK (SegmenNews.com)– Bupati Siak Drs H Syamsuar MSi resmi buka acara Sosialisasi kebijakan Lembaga Sensor Film (LSF) di Provinsi Riau, dengan tajuk guna menyerap aspirasi masyarakat dan kearifan lokal kabupaten Siak dalam rangka pemberdayaan LSF.

Sosialisasi ini berlangsung di Aula Lantai II Hotel Winaria, Siak, Kamis (13/6). Kegiatan ini terselenggara berkat kerjasama LSF Indonesia dengan Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan RI serta Dinas Pendidikan Kabupaten Siak. Tampak hadir dalam kesempatan tersebut Kajari Siak Zainul Arifin, Ketua Pengadilan Irfanudin, Ketua MUI Siak Sofwan Shaleh, Tokoh Budayawan Riau OK Nizami Jamil, Azaly Djohan dan Ketua LSF RI Dr Mukhlis Pa Eni beserta sejumlah tokoh serta pengurus Lembaga Sensor Film Indonesia.

Bupati Siak Drs H Syamsuar MSi dalam paparannya mengungkapkan dengan kehadiran LSF dalam rangkaian sosialisasi seperti ini akan memberikan pengetahuan mengenai fungsi dan tugas LSF. Diungkapkan Bupati Siak kedatangan LSF menjelang bulan suci ramadhan bias diambil makna secara bahasa indonesia berarti puasa yang secara semantik juga bermakna menahan diri. Menahan diri dari makan dan minum, termasuk menahan diri dari tontonan film dan tayangan televisi yang dapat mengurangi nilai ibadah puasa.

”Sepanjang yang kami ketahui, tugas dan fungsi LSF adalah juga ”menahan” sebuah film atau program TV untuk tidak diluluskan manakala isi film atau program TV tersebut tidak sesuai program ketentuan yang diatur dalam UU Perfilman, UU Penyiaran, UU Keterbukaan Informasi Publik, UU Perijinan, UU Informasi dan Transaksi Elektronik dan Perangkat Regulasi lainnya,” terang Syamsuar.

Menurut Syamsuar, pengaruh tontonan yang diperoleh dari kemajuan teknologi informasi dengan sangat cepat bisa mempengaruhi pola pikir dan prilaku sekaligus tindakan negatif terhadap perkembangan anak. Namun ia menjelaskan bahwa semua hal itu harus difilterisasi dengan memperkuat keimanan terutama dikalangan anak-anak, memberikan penjelasan-penjelasan tentang dampak buruk bagi psikologi dan perkembangan generasi muda atau bahkan yang sudah menjurus ke anak usia dini.

“Karena kita tentu saja tidak bisa menangkal bahwa perkembangan teknologi informasi, baik dari media televisi maupun dunia internet yang sudah masuk kerumah-rumah bahkan ke kamar-kamar kita. Karena sifat dari tontonan dan tayangan yang tersedia cukup rentan untuk mempengaruhi psikologis anak,” ungkap Bupati.

Namun demikian, ia juga tidak menampik bahwa perkembangan dunia teknologi memberikan banyak kemudahan asal tidak dimanfaatkan secara negatif. Lebih jauh ia menuturkan terutama bagi perkembangan anak di kota Siak yang dikenal memiliki kekuatan terhadap kebudayaan melayu yang identik dengan islam, maka tontonan dan tayangan dikhawatirkan juga akan bisa mengikis moral dan jati diri anak melayu sesungguhnya

Dalam pada itu, Bupati menerangkan bahwa saat ini pemerintah kabupaten Siak telah tergerak untuk segera menulis sebuah buku mengenai perjalanan hidup Sultan Syarif Qasim II.

“Mulai dari sejak kecil sampai ia menyerahkan kekuasaannya kepada kedaulatan negara RI sampai ia wafat,” ungkap Syamsuar.

Karena dibalik kisah tersebut memiliki jiwa nasionalisme terhadap Negara Republik Indonesia yang kuat dan perlu dicontoh oleh para generasi saat ini dan yang akan dating. Untuk menuntaskan keinginan ini, Syamsuar menyebutkan bahwa melalui pembicaraan yang telah dilakukan dengan sejumlah tokoh sejarah dan budayawan Riau terkait penggarapan buku tersebut sampai akhirnya nanti bisa diluncurkan. Yang kemudian nantinya dari isi buku tersebut bisa melahirkan film mengenai Sultan Syarif Qasim II.

Hal senada juga didengungkan oleh Ketua LSF Indonesia Dr Mukhlis Pa Eni, ia mengungkapkan apresiasi dan kebanggaannya terhadap budaya dan sejarah Siak yang dulunya dimulai dari sebuah peradaban kesultanan Siak. Salah satu kearifan lokal yang perlu diserap dan perhatikan secara serius adalah perjalanan hidup seorang Sultan Siak yang rela menanggalkan mahkotanya sendiri untuk bergabung dengan NKRI.

Hal itu menurutnya adalah salah satu contoh yang sangat mulia, karena dengan kedudukan dan kekuasaan yang dimiliki saat itu tidak mengalahkan kebesaran hati seorang sultan untuk bersatu dibawah NKRI pasca kemerdekaan.

“Akan lebih pula jika suatu saat kisah ini bisa kita garap menjadi sebuah produk film, dan kami dari lembaga sensor siap membantu niat baik ini,” terang Mukhlis. (rinto/rls)