Dua Gadis SMA Ini Dibandrol Rp2 Juta Sekali Gesek. Uangnya Untuk Beli HP

Ilustrasi
Ilustrasi

Surabaya (SegmenNews.com) – ELS dan SSL dua gadis SMA berusia 16 tahun di Surabaya ini bersedia dibayar Rp2 juta, untuk sekali berhubungan badan di hotel. Hasilnya mereka gunakan untuk beli handphone dan belanja di mal.

Untuk memesan dua gadis ABG ini, sudah ada Ded, pria 33 tahun warga Jalan Semolowaru, Surabaya, yang menjajakannya melalui facebook.

Namun aksi ini tidak berlangsung lama, Polrestabes Surabaya mencium aroma bisnis esek-esek online ini, dan menangkap ketiganya ketika akan melakukan transaksi esek-esek di Hotel Cleo, di Jalan Basuki Rahmad, Surabaya.

“Korban ini tinggal masuk ke dalam kamar untuk melayani tamunya,” kata Kasat Reskrim Polrestabes Surabaya AKBP Takdir Matanette, Rabu (13/4/2016).

Sementara Ded, diamankan saat mengantar korban di kamar 612 Hotel Cleo. Saat itu, Ded, sempat mengelak bahwa dia menjajakan anak di bawah umur.

“Saat kami sodorkan bukti-bukti, Dedi tak bisa mengelak lagi,” ujar Takdir.

Dari pengakuan tersangka Ded, ternyata
tiga dari puluhan korban lainnya, pernah disetubuhi Ded sebelum ditawarkan kepada pria hidung belang.

“Ada yang ditiduri Ded sebelum dijual, dan rata-rata mereka yang ditiduri adalah korban yang baru bergabung,” terang Takdir.

Dari pengakuan pria pengangguran ini, dia bisa meraup keuntungan sampai Rp 1 juta dari setiap korban. Bila tamu menyanggupi tarif satu kali kencan senilai Rp 2,5 juta, maka korban akan mendapatkan jatah Rp 1 juta, sedangkan sisanya untuk Ded.

Sementara itu, ELS mengatakan terpaksa melakoni dunia hitam itu. Alasannya, membutuhkan biaya untuk jajan adik-adiknya yang masih kecil.

Selain itu, hasil dari ELS berkencan dengan para pelanggan untuk kebutuhan sehari-hari, seperti membeli handphone, belanja pakaian di mall dan lain sebagainya.

“Buat jajan adik, saya terpaksa seperti ini. Uang Rp 1 juta buat saya itu sudah banyak,” katanya sembari menutup wajahnya.

Dengan sesenggukkan korban mengaku tanpa paksaan menjalani bisnis seks ini.

Meski terbilang baru, ELS kerap takut aksinya diketahui orangtuanya.

“Enggak ada paksaan, demi uang mau bagaimana lagi. Kadang juga takut,” katanya kepada surya.co, sambil menitikkan air mata.(sci)