Yang menjadi pedagang kain, kata dia, justru sering kali didatangi pedagang besar dari Cirebon, Pekalongan, dan Purwokerto untuk menjajakan kain ke Sumatera.
Suwadno mengatakan, para pedagang besar tersebut langsung menemui warga Desa Losari yang biasa berdagang ke luar Jawa. “Meski demikian, ada juga yang berprofesi sebagai buruh pabrik, bangunan, maupun pembantu rumah tangga di Jakarta,” katanya.
Menurut dia, sebagian besar perantau tersebut hanya mengenyam pendidikan SD dan SMP.
Bahkan, yang berpendidikan rendah tersebut, kata dia, justru paling banyak meraih kesuksesan dalam berdagang dibanding warga yang berpendidikan tinggi.
“Mungkin karena mereka tidak gengsi dan memiliki jiwa dagang sehingga bisa sukses di perantauan,” katanya.
Ia mengatakan, para perantau yang sebagian besar merupakan kepala keluarga tersebut, rata-rata meninggalkan istri dan keluarganya selama tiga bulan untuk berdagang.
Menurut Suwadno, gejalan gemar merantau para penduduk desa itu mulai terlihat pada tahun 1970-an.***
Editor: Rifai
Source: kompas/ant