Pekanbaru(SegmenNews.com)-Gaya baru money politic pada Pemilu 2019 ini perlu diwaspadai semua pihak, termasuk Panwaslu. Seperti halnya pemberian asuransi.
Hal ini ditegaskan Muhammad Zainuddin SH, Pengamat Politik sekaligus Praktisi Hukum, Rabu (3/4/2019). “Kami menyayangkan ada potensi inovasi baru dalam praktek politik uang dalam Pemilu 2019. Selain dengan cara memberi uang secara langsung kepada pemilih, ada juga dengan cara lain yang dilakukan para peserta Pemilu,” ujarnya.
Dikatakannya, isu money politic di lapangan pasti semakin berkembang, masyarakat dan Pengawas Pemilu harus lebih kritis lagi mengungkap cara baru politik uang. “Ada inovasi baru yang sebelumnya tidak terjadi di Pemilu sebelumnya. Seperti yang kita temukan dengan modus pemberian kartu asuransi,” ujarnya.
Diterangkannya, salah satu bentuk politik uang adalah dengan menanam jasa dan bukan lewat pemberian uang secara langsung. “Tanam jasa itu sulit terlihat dan itu ada dan berjalan tentu kami meminta kepada Panwaslu lebih jeli melihat hal-hal pelanggaran yang di lakukan oleh timses calon,” ujarnya.
Lebih lanjut dikatakannya, politik uang rawan terjadi di pemilihan legislatif saat ini. Sebab Pemilu serentak membuat masyarakat lebih tertarik pada pilpres dan kurangnya mengawasi Pileg.
“Karena dihadapkan pada banyak Caleg kemungkinan pemilih bingung harus pilih caleg mana dari partai mana, karena tawaran gagasan dari caleg di lapangan hampir tidak ada bedanya membuat masyarak kurang tertatik karena isu pilpres lebih mendominasi maka isu Pileg tidak mampu membedakan secara baik.
Dalam situasi bingung itu merupakan kerawanan bagi caleg yang memanfaatkan dengan menjanjikan Money Polityc dan bagi bagi sembako untuk mendapatkan dukungan.
Muhammad Zainuddin SH, memprediksi potensi naiknya jumlah politik uang dalam pemilu 2019. Muhammad Zainuddin menyebut, politik uang semakin banyak saat mendekati hari pencoblosan oleh Timses pada tingkat terendah.
“Karena monitor kurang, jumlah politik uang dugaan saya naik, dan umunya semakin dekat dengan hari H semakin naik,
Selain kurangnya pengawasan, kursi yang perebutkan juga membuat persaingan antar caleg semakin ketat membuat caleg yang tidak mempunyai visi misi yang jelas kurang pontensi untuk di jual mengambil langlah keliru dengan cara Money Politic di sebabkan kurang memahami arti pileg sebagai sarana rekrutment politik dalam proses pengisian jabatan politik melalui mekanisme domokrasi dengan memperhatikan kesejahteraan dan keadilan sekaligus sebagai sarana pendidikan politik bagi anggota dan masyarakat luas agar menjadi warga Negara sadar akan hak dan kewajiban dalam kehidupan bermasyarakat berbangsa dan bernegara. Jadi kalau ada caleg memainkan politik uang dalam pileg ini membuktikan caleg tersebut tidak mampu dan tidak layak jual dan cakeg seperti ini jangan di pilih karena tidak akan memikirkan masyarakat nantinya.
Dan juga di tambah “Faktornya yang bertarung di pileg jauh lebih banyak dibandingkan 2014 lalu karena partai politik semakin bertambah tentu jumlah caleg pasti bertambah Akibatnya pertarungan di bawah jauh lebih brutal, berakibat buat para caleg gagal paham menjadi panik dengan mendapatkat suara dengan politik uang pungkasnya.
‘Zaman Now, Money Politic Tak Lagi Ampuh sebenarnya kalau masyarakat sadar politik untuk menghasilkan pemimpin berkualitas.***