Puluhan Tokoh Adat Datangi Polda Riau, Tuntut Polisi Netral Dalam Pemilukada Pekanbaru

Kecam Penetapan Firdaus Sebagai Tersangka

PEKANBARU (RS) Puluhan tokoh adat mendatangi Markas Polda Riau, menuntut polisi netral dalam pemilihan umum kepala daerah (pemilukada) Pekanbaru, Kamis (24/11). Warga mempertanyakan penetapan tersangka salah satu calon Wali Kota Pekanbaru Firdaus yang dinilai bermuatan politis.
Sekitar 30 tokoh adat, terdiri dari datuk dan ninik mamak dari Kabupaten Kampar memasuki Markas Polda Riau, Jl Sudirman, Pekanbaru. Pucuk pimpinan suku tersebut ingin menemui Kapolda Riau Brigjen Suedi Husein.
Namun, warga hanya diterima Direskrim Polda Riau Kombes Diat Cardi. Saat dialog berlangsung, tokoh adat menuntut polisi profesional dalam pemilihan Wali Kota Pekanbaru.
Warga mempertanyakan netralitas Polresta Pekanbaru dan Polda Riau, terkait penetapan tersangka calon Wali Kota Pekanbaru Firdaus baru-baru ini. Mereka mengecam sikap polisi yang responsif terhadap Firdaus, buktinya baru satu hari diperiksa, langsung dinyatakan tersangka. Polresta Pekanbaru menduga Firdaus memalsukan dokumen persyaratan calon kepala daerah.
Warga curiga status tersangka Firdaus bermuatan politis karena ditetapkan saat proses pemilukada berjalan. Juru bicara tokoh adat Kampar Muhammad Zein mengungkapkan Firdaus adalah tokoh masyarakat Kampar, sekaligus berstatus anak kemenakan dalam adat setempat.”Kami minta polisi independen untuk menghindari kemarahan warga,” ujar Zein.
Sementara Direskrim Polda Riau Kombes Diat Cardi menyatakan polisi bertindak berdasarkan laporan Panswaslu Pekanbaru. Menurut Diat, pihaknya melakukan penyidikan sesuai prosedur hukum dan tidak dipengaruhi kepentingan politik.
“Tugas kami kan menerima laporan masyarakat. Proses hukum ini sudah sesuai aturan hukum. Setiap calon pemimpin harus mengedepankan kejujuran dalam memberikan data,” kata Joni di depan tokoh adat. Setelah menyampaikan aspirasi selama satu jam, tokoh adat meninggalkan Markas Polda Riau. (asr)