Libur Panjang, Lubang Jepang Bukittinggi Jadi Incaran

Rifai dan Azri warga Pekanbaru berkunjung ke Lobang Jepang

Bukittinggi(SegmenNews.com)-Libur Natal dan Tahun Baru yang bertepatan dengan libur semester sekolah, dimanfaatkan oleh warga dari berbagai daerah untuk mencari tempat-tempat wisata untuk berlibur. Tak terkecuali ke Lobang Jepang Bukittinggi.

Untuk masuk ke Lobang Jepang ini, pengunjung diwajibkan untuk membeli tiket, untuk Dewasa dipungut Rp15 ribu dan untuk anak-anak Rp10 ribu.

Deno dan Fani, misalnya, warga Tanjung Balai Karimun, Kabupaten Karimun, Provinsi Kepulauan Riau, Senin (26/12/2016), memilih mengunjungi Lobang Jepang, yang terletak di Jalan Panorama, Ngarai Sianok. Ia mengaku ingin melihat langsung Lobang Jepang yang selama ini diketahuinya dari buku sejarah, bahwa ribuan warga Indonesia menjadi korban kerja paksa oleh penjajah Jepang saat itu.

Sebelum masuk, ia memperoleh informasi dari peta yang terpasang di samping pintu masuk lobang Jepang dan juga dari guide lokal yang ada. Ia mendapat penjelasan mengenai lorong-lorong yang ada di dalam Lobang Jepang tersebut, sekaligus fungsi dan pintu-pintu keluar.

Lubang Jepang Bukittinggi adalah salah satu objek wisata sejarah yang ada di Kota Bukittinggi,Sumatera Barat, Indonesia. Lubang Jepang merupakan sebuah terowongan (bunker) perlindungan yang dibangun tentarapendudukan Jepang sekitar tahun 1942 untuk kepentingan pertahanan.

Warga bersantai di salah satu lokasi wisata Lobang Jepang

Salah satu pintu masuk ke Lubang Jepang di Ngarai Sianok Sebelumnya, Lubang Jepang dibangun sebagai tempat penyimpanan perbekalan dan peralatan perang tentara Jepang, dengan panjang terowongan yang mencapai 1400 m dan berkelok-kelok serta memiliki lebar sekitar 2 meter. Sejumlah ruangan khusus terdapat di terowongan ini, di antaranya adalah ruang pengintaian, ruang penyergapan, penjara, dan gudang senjata.

Selain lokasinya yang strategis di kota yang dahulunya merupakan pusat pemerintahanSumatera Tengah, tanah yang menjadi dinding terowongan ini merupakan jenis tanah yang jika bercampur air akan semakin kokoh. Bahkan gempa yang mengguncang Sumatera Barat tahun 2009 lalu tidak banyak merusak struktur terowongan.

Diperkirakan puluhan sampai ratusan ribu tenaga kerja paksa atau romusha dikerahkan dari pulau Jawa, Sulawesi dan Kalimantan untuk menggali terowongan ini. Pemilihan tenaga kerja dari luar daerah ini merupakan strategi kolonial Jepang untuk menjaga kerahasiaan megaproyek ini. Tenaga kerja dari Bukittinggi sendiri dikerahkan di antaranya untuk mengerjakan terowongan pertahanan di Bandung dan Pulau Biak.

Lubang Jepang mulai dikelola menjadi objek wisata sejarah pada tahun 1984, oleh Pemerintah Kota Bukittinggi . Beberapa pintu masuk ke Lubang Jepang ini diantaranya terletak pada kawasan Ngarai Sianok, Taman Panorama, di samping Istana Bung Hatta dan di Kebun Binatang Bukittinggi.***(achir)